Home » , , » SOEGIJA , Sebuah Perenungan Untuk Permasalahan Bangsa

SOEGIJA , Sebuah Perenungan Untuk Permasalahan Bangsa

Written By FATAMORGANA on Minggu, Mei 27, 2012 | 5/27/2012

Soegija adalah film drama epik sejarah dari Indonesia yang disutradarai oleh sutradara senior Indonesia Garin Nugroho, dibintangi oleh budayawan Nirwan Dewanto yang memerankan tokoh pahlawan nasional Albertus Soegijapranata.

Film yang dibintangi aktor-aktor dari beragam latar belakang budaya ini akan diluncurkan di Indonesia pada tanggal 7 Juni 2012. Dengan anggaran sekitar Rp 12 Miliar, film ini menjadi film termahal yang disutradarai Garin Nugroho.

Film ini diproduksi dengan format film perjuangan yang mengambil cerita dari catatan harian tokoh Pahlawan Nasional Mgr. Soegijapranata, SJ dengan mengambil latar belakang Perang Kemerdekaan Indonesia dan pendirian Republik Indonesia Serikat pada periode tahun 1947 – 1949. Film ini mengambil latar daerah Yogyakarta dan Semarang.

Film ini juga menampilkan tokoh-tokoh nasional Indonesia lain, seperti Soekarno, Fatmawati, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Sri Paku Alam VIII, Jenderal Soedirman, Soeharto, dll. Untuk bisa menggambarkan pengalaman Soegija, film ini banyak menampilkan tokoh-tokoh nyata tapi difiksikan baik dari Indonesia, Jepang, Belanda, sipil maupun militer dalam peristiwa-peristiwa keseharian yang direkonstruksi dengan cukup detil.

Meskipun sempat menjadi kontroversi dikarenakan beberapa orang berpendapat bahwa Film ini dirilis sebagai sarana kristenisasi bangsa Indonesia. Tetapi kecaman yang mengancam realisasi Filmnya, tidak sedikit-pun menggentarkan niat Garin Nugroho untuk mempublikasikan tokoh Albertus Soegija. Ia mengatakan bahwa seseorang terpandang karena apa yang diperbuat, bukan karena siapa ia dan apa apamanya. Apa salahnya menjadi Non-Muslim? Bukankah Indonesia mengakui keberagaman beragama dan emlindungi kebebasan para pemeluk agama menjalankan ibahanya bukan?

Menurut Antropolog Moeslim Abdurrachman : " Kalau saya katolik dan jual voucher untuk membiayai film Garin ini, saya kecewa, karena ini bukan film uskup. Ini film tentang keberagaman. Menonton film Soegija itu sesuatu yang tidak terlalu berbeda kalau kita sedang membaca kitab suci. Jadi bagaimana memaknainya itu adalah reflektif betul. Perenungan. Bukan film picisan, bukan film komersial, bukan film propaganda agama. Saya khawatir keberagaman yang seperti ini hilang. Oleh karena itu hadirnya film ini di samping soal nasionalisme, dan pluralisme, dan soal lain-lainnya, saya kira kalau kita bisa menafsirkan menjadi bagian dari refleksi keberagaman kita, kok orang di jaman itu bisa, kenapa di jaman sekarang kok kita seolah2 tidak bisa. Kita bukan menjadi orang yang religius tapi menjadi penganut suku-suku agama."
Film "Soegija" mengisahkan kerja kepemimpinan dengan "silent diplomacy" serta prinsip kebangsaan dan kemanusiaan Soegija pada era 1940-1950

Garin mengangkat sisi-sisi kemanusiaan dari delapan tokoh utama dalam film yang berlatar masa penjajahan Belanda, lalu perebutan kekuasaan oleh Jepang serta masa krisis menjelang dan setelah kemerdekaan.

Meski berlatar zaman perang namun film "Soegija" sama sekali tidak menampilkan adegan-adegan berdarah maupun kekerasan. Tidak ada sosok penjahat juga di sini.

Sang sutradara memilih suasana di pengungsian dan menyusup ke dalam diri tokoh-tokoh utamanya, mengajak penonton merenung dengan menampilkan sisi kemanusiaan mereka dengan gambar yang indah, dialog yang kuat dan iringan musik dramatis.

Dalam film sepanjang 115 menit ini, perang adalah kisah terpecahnya keluarga besar manusia.

Ketika Jepang datang ke Indonesia (1942), Mariyem (Annisa Hertami) terpisah dari Maryono (Abe), kakaknya dan Ling Ling (Andrea Reva) terpisah sang ibu (Olga Lydia).

Keterpisahan itu tidak hanya dialami oleh orang-orang yang terjajah, tetapi juga mereka yang menjajah.

Serdadu Jepang, Nobuzuki (Suzuki), tidak pernah tega terhadap anak-anak karena ia juga punya anak yang selalu ia rindukan di Jepang.

Robert (Wouter Zweers), seorang serdadu Belanda yang merasa menjadi mesin perang hebat, hatinya tersentuh oleh bayi yang ia temukan di medan perang yang membuat dia merindukan ibunya, bukan negaranya.

Sementara bagi Hendrick (Wouter Braaf), perang membuat dia tak bisa memiliki cinta yang dia temukan.

Soegija (Nirwan Dewanto) ingin menyatukan kembali kisah-kisah cinta keluarga besar kemanusiaan yang sudah terkoyak oleh kekerasan perang dan kematian.

Bagi dia, kemanusiaan itu satu meski berbeda berbeda bangsa, agama, asal-usul, dan ragamnya.

Soegija berusaha mewujudkan keinginannya melalui surat menyurat dan pertemuan dengan para pemimpin Indonesia seperti Syahrir, dan Soekarno.

Dia juga mendukung pengorganisasian gerakan pemuda dan pelayanan sosial. Ia menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan melalui kunjungan warga, khotbah dan tulisan-tulisan. "Apa artinya menjadi bangsa merdeka jika kita gagal mendidik diri kita sendiri," katanya.

Menurut Garin, nilai-nilai kemanusiaan yang diyakini oleh Soegijapranata sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini meski dalam perspektif yang berbeda. Yakni bahwa seperti Soegija, para pemimpin seharusnya mampu mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan untuk meredam gejolak kekerasan, untuk mendamaikan.

"Film ini merupakan sebuah catatan tepat untuk hari ini. Ini perayaan kegembiraan beragam dan berbangsa. Sudah saatnya tidak ada ketakutan," demikian Garin Nugroho.

Sinopsis Film SOEGIJA
Film ini melukiskan kisah-kisah kemanusiaan di masa perang kemerdekaaan bangsa Indonesia (1940-1949). Adalah Soegija (diperankan Nirwan Dewanto) yang diangkat menjadi uskup pribumi dalam Gereja Katolik Indonesia. Baginya kemanusiaan itu satu, kendati berbeda bangsa, asal-usul, dan ragamnya.

Dan perang adalah kisah terpecahnya keluarga besar manusia. Ketika Jepang datang ke Indonesia (1942), Mariyem ( Annisa Hertami) terpisah dari Maryono (Abe), kakaknya. Ling Ling (Andrea Reva) terpisah dari ibunya (Olga Lydia).

Tampaknya keterpisahan itu tidak hanya dialami oleh orang-orang yang terjajah, tetapi juga oleh para penjajah. Nobuzuki (Suzuki), seorang tentara Jepang dan penganut Budhist, ia tidak pernah tega terhadap anak-anak, karena ia juga punya anak di Jepang. Robert ( Wouter Zweers), seorang tentara Belanda yang selalu merasa jadi mesin perang yang hebat, akhirnya juga disentuh hatinya oleh bayi tak berdosa yang ia temukan di medan perang. Ia pun rindu pulang, ia rindu Ibunya.

Di tengah perang pun Hendrick (Wouter Braaf) menemukan cintanya yang tetap tak mampu ia miliki karena perang. Soegija ingin menyatukan kembali kisah-kisah cinta keluarga besar kemanusiaan yang sudah terkoyak oleh kekerasan perang dan kematian.

Trailer Film SOEGIJA




Sumber :
1. http://soegijathemovie.com
2. http://www.antaranews.com
3. http://www.youtube.com
4. http://id.wikipedia.org


Denaihati
Share this article :

26 comments:

  1. review yang luar biasa, Garin memang selalu suka yang kontroversi

    BalasHapus
  2. Film yang bagus sama dengan waktu evakuasi korban pesawat Sukhoi kemarin...

    BalasHapus
  3. Film bertema perjuangan seperti ini harusnya lebih banyak diproduksi ya sob, untuk meningkatkan rasa nasionalisme generasi sekarang...

    BalasHapus
  4. sepertinya banyak nilai sejarahnya bang iwan.

    BalasHapus
  5. nanti kalau sesampaiunya saya tiba dirumah saya kan nonton trailer flm ini, kalau sekarang kan masih di kantor, saya paling suka flm yang berbau sejarah indonesia

    BalasHapus
  6. Saya yakin, ini filem bakal laku keras di pasaran .
    Soalnya, ceritanya menarik bngt .

    BalasHapus
  7. thanks gan informasinya kayaknya film itu sangat seru untuk di tonton pasti film tersebut banyak hikmahnya dan manfaatnya

    BalasHapus
  8. Sepertinya bagus ya bang
    Apalagi kalo Garin yang buat, gambar2 yg diambil pasti yahud

    BalasHapus
  9. waaaa musti di tonton !!

    BalasHapus
  10. pasti nya film ini keren banget , jadi pengen liat .
    jarang kan sejarah diangkat di film layar lebar gt :)

    BalasHapus
  11. woww,,film yang bernuansi seperti ini mulai dirindukan,,biasanya kalau banyak yang mencekam itu akan bagus akhirnya,,,berharap..

    BalasHapus
  12. Blog Bang Iwan nampaknya ada mempraktikan teknik Backlink melalui artikel..dan itu sudah seharusnya satu langkah yang baik..jangan hanya terlalu bergantung harap kepada banner semata-mata..gunakanlah teknik backlink memalui artikel..tahniah…

    BalasHapus
  13. bagus resensinya mas, semoga film indonesia semakin berkualitas

    BalasHapus
  14. aku nunggu banget nie karya anak bangsa yang luR BIASA...

    SEBUAH FILM MOTIFASI PENYEMANGAT

    selain film ini ... ada film merah putih, laskar pelngi,film perjuangn dan masih banyak lagi, untuk menjadi inspirasi kita....

    BalasHapus
  15. jadi penasaran nih, filmnya sepeti apa ya? kita tunggu deh launching nya :)

    BalasHapus
  16. Mudah-mudahan kita tidak terjajah lagi saat kita merdeka

    BalasHapus
  17. Ceritanya sangat menarik sekali..!!
    Jadi penasaran nich..

    BalasHapus
  18. saya juga pengen cepet-cepet nonton filmnya. Mungkin kit ajngan dulu melihat bahwa film ini adalah pengkristenan bangsa indonesia,kita lihat dulu pesan2 yang sebenarnya ingin disampaikan dari film ini.setuju?

    BalasHapus
  19. ternyata selain ada nilai sejarahnya juga ada nilai nasionalisme dan keberagamaan..

    BalasHapus
  20. ikhhh kok an error sih gak bisa diputer gan,, aghhhh gak bisa liat donkk gan

    BalasHapus
  21. film yang kontroversi biasanya sering mendapat pujian dari kritikius cinema..

    BalasHapus
  22. Filem yang pastinya menarik yg penuh dengan pengajaran

    BalasHapus
  23. Garin Nugroho memang sineas muda yang selalu menggali tema2 yang tidak biasa..

    BalasHapus

SAHABAT FATAMORGANA

 
Support : FATAMORGANA
Copyright © 2015. FATAMORGANA - MERANGKUM FAKTA, MEREKAM INFORMASI, DAN BERBAGI KHAZANAH
Created by Creating Website Published by Mas Template
Powered by Blogger