“Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa.”
Itulah penggalan lagu yang isinya melukiskan keteladanan para guru. Lagu yang selalu dinyanyikan untuk mengenang jasa-jasa dan pengabdian para guru yang diperingati setiap 25 Nopember tepat pada hari ini sebagai Hari Guru Nasional.
Guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kesabaran dan keuletan yang luar biasa dalam upaya mencerdaskan anak bangsa agar dapat meraih prestasi yang gemilang di masa depan.
Pada saat seperti sekarang ini, guru dengan lika-liku kehidupannya, masih berada di posisi belakang dibandingkan dengan profesi yang lain. Padahal guru merupakan agen paling depan di dunia pendidikan yang tugasnya sangat berat.
Sebutan ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa', mungkin sekarang hanya menjadi sebuah kalimat yang tak ada nilainya. Betapa tidak? Para pahlawan ini memang tak pernah diingat oleh siapapun dan kapanpun. Meski sejatinya ia bermakna dalam kehidupan manusia. Kalimat yang mengandung arti luas dan sangat mengena ketika mengenang kembali kilas balik kehidupan kita di masa kecil saat pertama kali mengecap pendidikan di Sekolah Dasar.
Guru seringkali menjadi korban ketidakadilan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Prediket pahlawan tanpa tanda jasa, seolah-olah dimaknai dengan guru memang wajar jika tak mendapatkan balas jasa atas usahanya, atau minimal harus merasa cukup dengan balas jasa yang alakadarnya karena toh memang pahlawan tanpa tanda jasa. Padahal makna hakiki dari “pahlawan tanpa tanda jasa” adalah bahwa jasa guru begitu besar sehingga tidak ada satu tanda jasapun yang sebanding untuk membalas jasa yang telah diberikannya.
Mungkin tidak banyak dari kita yang tahu, bahwa pada tanggal 8 November 2007, Sartono, sebagai pencipta Hymne Guru, disaksikan oleh Dirjen PMPTK Depdiknas, Dr. Fasli Jalal Ph. D dan Ketua Pengurus Besar PGRI HM. Rusli, telah menandatangani surat resmi tentang penggantian lirik terakhir dari Hymne Guru tersebut. Kata-kata “tanpa tanda jasa” diganti menjadi “pembangun insan cendekia”. Sehingga Hymne tersebut diakhiri dengan “Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia.” Sebuah langkah yang mungkin dirasa lumayan bijak untuk mengakhiri “penderitaan” guru yang tak kunjung hilang.
Dan hal itu diperkuat dengan Surat Edaran Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Nomor : 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007,
Guru adalah tonggak pembangun dari sebuah bangsa. Gurulah yang memiliki peran besar dalam menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang berilmu dan berkualitas. Kita tentunya masih ingat saat Jepang dihancurkan oleh Sekutu dengan membombardir kota Hiroshima dan Nagasaki. Hal yang pertama kali ditanyakan oleh kaisar Jepang ketika itu adalah berapa dari guru-guru mereka yang selamat. Mengapa yang ditanyakan bukan anggota parlemen, bukan dokter, pengusaha, atau arsitek , mengapa harus guru dan mengapa bukan yang lain.
Dan mari kita saksikan apa yang terjadi dengan Jepang saat ini jika kita bandingkan dengan bangsa kita, “Indonesia tercinta”. Jepang melejit bagai roket, sedangkan kita bangsa Indonesia terseok-seok dilanda berbagai macam krisis, mulai dari ekonomi, politik, pendidikan hingga moral. Padahal Jepang dan Indonesia bangkit dari keterpurukan pada saat yang sama.
Jepang mulai bangkit kembali dari kehancurannya setelah tanggal 6&9 Agustus 1945, dan Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Tapi kenapa mereka lebih maju? Jawabnya karma mereka mampu berfikir bijak tentang apa yang semestinya dilakukan Mereka tahu bahwa majunya sebuah Negara sangat ditentukan oleh pendidikan.
Kunci dari pendidikan itu adalah guru, dan pemerintah Jepang sangat menyadari hal itu. Maka lihatlah mereka sekarang. Jepang menjadi ikon untuk sebuah kemajuan. Sekarang mari lihat bagaimana keberadaan guru di Indonesia.
Moga saja dengan perubahan sebutan tersebut , tidak semata-mata dimaknai sebagai perubahan nasib berkaitan kesejahteraan finansial saja tetapi juga diikuti komitmen bersama untuk berusaha meningkatkan kompetensi diri.
Peningkatan kompetensi diri juga harus selalu diikuti dengan perubahan pola pikir dan usaha untuk selalu menjadi guru yang pembelajar yang peduli pada siswa. Bukan selalu menuntut dan menuntut “tanda jasa” tetapi tidak mengimbangi diri dengan kemampuan profesional yang memadai.
Kepada rekan-rekan se profesi mari membangun pendidikan dengan tulus ikhlas. Insya Allah setiap usaha yang kita lakukan akan mendapatkan “BALAS JASA” yang setimpal dari Allah SWT bukan mengharapkan “kesejahteraan” dari pemerintah saja.
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa.”
Itulah penggalan lagu yang isinya melukiskan keteladanan para guru. Lagu yang selalu dinyanyikan untuk mengenang jasa-jasa dan pengabdian para guru yang diperingati setiap 25 Nopember tepat pada hari ini sebagai Hari Guru Nasional.
Guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kesabaran dan keuletan yang luar biasa dalam upaya mencerdaskan anak bangsa agar dapat meraih prestasi yang gemilang di masa depan.
Pada saat seperti sekarang ini, guru dengan lika-liku kehidupannya, masih berada di posisi belakang dibandingkan dengan profesi yang lain. Padahal guru merupakan agen paling depan di dunia pendidikan yang tugasnya sangat berat.
Sebutan ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa', mungkin sekarang hanya menjadi sebuah kalimat yang tak ada nilainya. Betapa tidak? Para pahlawan ini memang tak pernah diingat oleh siapapun dan kapanpun. Meski sejatinya ia bermakna dalam kehidupan manusia. Kalimat yang mengandung arti luas dan sangat mengena ketika mengenang kembali kilas balik kehidupan kita di masa kecil saat pertama kali mengecap pendidikan di Sekolah Dasar.
Guru seringkali menjadi korban ketidakadilan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Prediket pahlawan tanpa tanda jasa, seolah-olah dimaknai dengan guru memang wajar jika tak mendapatkan balas jasa atas usahanya, atau minimal harus merasa cukup dengan balas jasa yang alakadarnya karena toh memang pahlawan tanpa tanda jasa. Padahal makna hakiki dari “pahlawan tanpa tanda jasa” adalah bahwa jasa guru begitu besar sehingga tidak ada satu tanda jasapun yang sebanding untuk membalas jasa yang telah diberikannya.
Mungkin tidak banyak dari kita yang tahu, bahwa pada tanggal 8 November 2007, Sartono, sebagai pencipta Hymne Guru, disaksikan oleh Dirjen PMPTK Depdiknas, Dr. Fasli Jalal Ph. D dan Ketua Pengurus Besar PGRI HM. Rusli, telah menandatangani surat resmi tentang penggantian lirik terakhir dari Hymne Guru tersebut. Kata-kata “tanpa tanda jasa” diganti menjadi “pembangun insan cendekia”. Sehingga Hymne tersebut diakhiri dengan “Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia.” Sebuah langkah yang mungkin dirasa lumayan bijak untuk mengakhiri “penderitaan” guru yang tak kunjung hilang.
Dan hal itu diperkuat dengan Surat Edaran Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Nomor : 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007,
Guru adalah tonggak pembangun dari sebuah bangsa. Gurulah yang memiliki peran besar dalam menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang berilmu dan berkualitas. Kita tentunya masih ingat saat Jepang dihancurkan oleh Sekutu dengan membombardir kota Hiroshima dan Nagasaki. Hal yang pertama kali ditanyakan oleh kaisar Jepang ketika itu adalah berapa dari guru-guru mereka yang selamat. Mengapa yang ditanyakan bukan anggota parlemen, bukan dokter, pengusaha, atau arsitek , mengapa harus guru dan mengapa bukan yang lain.
Dan mari kita saksikan apa yang terjadi dengan Jepang saat ini jika kita bandingkan dengan bangsa kita, “Indonesia tercinta”. Jepang melejit bagai roket, sedangkan kita bangsa Indonesia terseok-seok dilanda berbagai macam krisis, mulai dari ekonomi, politik, pendidikan hingga moral. Padahal Jepang dan Indonesia bangkit dari keterpurukan pada saat yang sama.
Jepang mulai bangkit kembali dari kehancurannya setelah tanggal 6&9 Agustus 1945, dan Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Tapi kenapa mereka lebih maju? Jawabnya karma mereka mampu berfikir bijak tentang apa yang semestinya dilakukan Mereka tahu bahwa majunya sebuah Negara sangat ditentukan oleh pendidikan.
Kunci dari pendidikan itu adalah guru, dan pemerintah Jepang sangat menyadari hal itu. Maka lihatlah mereka sekarang. Jepang menjadi ikon untuk sebuah kemajuan. Sekarang mari lihat bagaimana keberadaan guru di Indonesia.
Moga saja dengan perubahan sebutan tersebut , tidak semata-mata dimaknai sebagai perubahan nasib berkaitan kesejahteraan finansial saja tetapi juga diikuti komitmen bersama untuk berusaha meningkatkan kompetensi diri.
Peningkatan kompetensi diri juga harus selalu diikuti dengan perubahan pola pikir dan usaha untuk selalu menjadi guru yang pembelajar yang peduli pada siswa. Bukan selalu menuntut dan menuntut “tanda jasa” tetapi tidak mengimbangi diri dengan kemampuan profesional yang memadai.
Kepada rekan-rekan se profesi mari membangun pendidikan dengan tulus ikhlas. Insya Allah setiap usaha yang kita lakukan akan mendapatkan “BALAS JASA” yang setimpal dari Allah SWT bukan mengharapkan “kesejahteraan” dari pemerintah saja.
setuju bang....
BalasHapuskunci dari pendidikan itu guru...
ngomong2 soal guru...
ina jdi kangen guru matematika ina
hikz...
ini adalah hari guru, berarti harinya bang setiawan juga dunk!!!! ^^
BalasHapuswah baru tau sayah kalo ternyata udah diganti ntu liriknya... hihihihihihi.....
BalasHapusSELAMAT HARI GURU BUAT BAPAK / IBU GURUKU MULAI DARI SD, SMP, SMK..... ^^
BalasHapuswah2 iya bang tadi orang tua saya juga upacara...memperingati hari ini....saya punya award untuk bang setyawan suatu kehormatan bila bang setyawan mau menerima,trims bang....salam :)
BalasHapusSelamat buat Bang Iwan, bukankah Bang Iwan juga seorang guru... yang sabar menghadapi muridnya! Saya kasihan sama anak-anak yang akan menghadapi UNAS, jam belajarnya over dosis!
BalasHapusSelamat bagi Para Guru, Terima kasih tanpa guru tulisan ini tidak ada!
Selamat hari guru, semoga apa yang para guru dedikasikan dalam mendidik menjadi amal sholeh. Amiin
BalasHapusGuru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Selamat Hari Guru Nasional. Ucapan ini juga terkhusus kepada Bang Iwan (seorang guru sekaligus blogger sejati)
BalasHapusikut upacara om? hehehe...
BalasHapusow ya.. link nya udah dipasang di blog aku, please tancepin di blog om ya.. makasih
*please check it*
Selamat Hari Guru Pak Ya..
BalasHapusselmat hari guru kanda semoga kedepan kita bisa menjadi guru yang lebih baik lebih profesional dan lebih bijaksana
BalasHapusaduh kurang info ternyata lirik terakhirnya udah diganti yah terimakasih sudah share tentang hal ini
BalasHapusSemoga bukan hanya lirik hymne guru saja yang dirubah tetapi juga diikuti dengan perubahan kesejahteraannya..Selamat hari guru terutama buat Pak Iwan & Pak Munir
BalasHapusNgetest dulu pak
BalasHapusSoalnya berkali-kali saya tidak bisa isi komentar di blogspot
Salam Takzim
BalasHapusWah ternyata beruntung komentarku bisa tampil hihihi
Pah Setiawan terima kasih pencerahannya tentang perubahan kalimah dari syair atas perubahan berdasarkan Surat Edaran Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Nomor : 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007, bahwa kata : “Pahlawan Bangsa Tanpa Tanda Jasa” diganti dengan kata “Pahlawan Bangsa Pembangun Insan Cendikia”.
Semoga di hari guru ini bapak tetap sehat dan terus berkarya
Selamat Hari guru ke 64 pak Setiawan
Salam Takzim Batavusqu
selamat hari guruuu yaaa om :)
BalasHapuskeren postingannya. keren gambarnya.
BalasHapusWah, aku baru tahu loh kalo hari ini hari guru nasional. Hari ini seharusnya para guru berbangga hati, bukan karena jabatan mereka diperingati, bukan juga karena Hymne Guru dinyanyikan dimana-mana, tapi lebih-lebih karena mereka adalah peletak dasar bagi kehidupan beratus-ratus calon penerus bangsa.
BalasHapusKeyakinan akan hal itulah yg dapat menjadi balas jasa yg jauh lebih besar daripada materi atau medali.
Selamat Hari Guru ya!
ah, bukannya tidak merespon penghargaan lewat pergantian lirik itu. apalah artinya? kita hanya selalu berwacana buat para orang yang tertindas. padahal pemerintah bisa berbuat lebih dari sekedar 'mengganti lirik'
BalasHapusselamat hari guru bang iwan :)
GURU, digugu lan ditiru
BalasHapusSeorang Einstein pun butuh guru.....
Selamat hari GURU NASIONAL.
salam sobat
BalasHapusselamat hari GURU,,
GURU ,,pahlawah tanpa tanda jasa
GURU ,,pendidik yang tangguh
GURU,, berat tanggungjawabnya
GURU,, pengajar segala hal
GURU,, mencerdaskan anak bangsa
GURU,, terimakasih
guru kencing berdiri.. murid kencing berlari..
BalasHapussepertilah ibaratnya..
seandainya gurunya bagus dalm mndidik.. maka ank didiknya akan lebih bagus..
namun apa bila sebaliknya.. maka akan bertambah parah..
RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
BalasHapusMENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
BalasHapusI Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
BalasHapusKenapa JEPANG Bangkit.. sementara Indonesia semakin TERPURUK.. karena JEPANG BACK TO BASIC.. kembali kepada budaya timur.. budaya lokal.. dengan SEMANGAT BUSHIDOnya Jepang menjadi Bangsa yang Besar.. sedangkan kita semakin terlena dengan Budaya Barat.. dan Menjadikan Indonesia sebagai Bangsa Pemakai bukan Bangsa Penjual
BalasHapusmaju terus Ayah...
BalasHapuswaa.. sayah juga baru tau tuh kalo ada lirik yg diganti di akhir lagu itu. napa ga diekspos yah?
BalasHapusApapun itu, selamat hari Guru, pak. Semoga ilmu yg diajarkan oleh para guru dapat menjadi amal jariyah, yg pahalanya akan terus mengalir untuknya. Terima Kasih, Guru...
Salaman kang.
BalasHapusCoba baca postingan saya yang berjudul "saya mundur" di bulan november. :)
papa dan almarhumah mama aku juga guru.. tapi entah kenapa sama sekali ngga pengin nerusin itu ..kayaknya ngga bakat ngajar aja :p udah aku pasang linknya oom..aku follow juga :)
BalasHapusSelamat Hari Guru....!
BalasHapusKebetulan kakekku adalah guru, dan pakde dan bude-ku juga guru..
Dan... guru-2 yg paling aku cintai adalah guru-ku waktu SD dulu...
MAklum, kami 'bersama' selama 6 tahun...
wahhhhhhhhh... aku malah gag tau sama sekali... kalo ada hari guru....makasi infonya... :)
BalasHapusoh ya JoOZ setuju kalo Kunci dari pendidikan itu adalah guru... itu kata-kata yang hebad... kalo ditelaah lebih dalam lagi...
Ya, sekali lagi selamat merayakan Hari Guru. Semoga bang Iwan dan seluruh para guru di tanah air semakin sukses dalam membangun dunia pendidikan kita.
BalasHapussalam pak guru,mari kita kikis kebodohan kita bangun ilmu pengetahuan agar bangsa kita menjadi bangsa yang terdepan
BalasHapusmakasih kedatanganya bang....saia seneng n puas bgt.......semoga bang setyawan bisa menjadi guru teladan untuk masa pengabdian di daerahnya sana......met malem....
BalasHapusyup setuju banget Bang Iwan.... pendidikan itu bisa sukses juga berkat adanya guru yg mengajar tanpa mengenal adanya pamrih....
BalasHapuswah, sukur deh baca postingan Bang Setiawan, jadinya tau kapan lagu itu diciptakan. Kalo nggak, sampe periode kuda paka kacamata orang juga kagak akan tau deh, hehehe *lebay.com*
BalasHapusselamat hari guru bang!
BalasHapushebat bang posting sejarah kayak gini! :thumbsup:
BalasHapuskupikir dgn hari guru, sekolah libur. ternyatat tidak. *nangis*
BalasHapuskelupaan. selamat pagi bang. hehe.
BalasHapussetuju bro :)
BalasHapusmari mencerdaskan bangsa Indonesia..... selamat hari guru bang..... ^^
BalasHapusSELAMAT HARI GURU PAK, MOGA SEPERTI YANG BAPAK UNGKAPKAN, GURU BISA MEMBERIKAN YANG TERBAIK BUAT ANAK-ANAK BANGSA, SEPERTI DALAM UNGKAPAN BAHASA JAWA "GURU : DIGUGU (DIPERHATIKAN)LAN (DAN) DITIRU (DICONTOH)".
BalasHapusJUGA SOPAN SANTUN DAN TATA KRAMA SISWA KEPADA GURU YANG SUDAH MULAI PUDAR, SEKALI LAGI, "SELAMAT HARI GURU PAK" & TERIMA KASIH GURU.
mampir kesini soalnya kanda maharani mau jadu pembina upacara jadi nanya soal ini
BalasHapusmantap frend
BalasHapusberkunjung sob
BalasHapusmari mencerdaskan anak bangsa.
BalasHapustanpa guru kita tdk akan jadi apa2.