Hari ini 21 April 2010, tepatnya 131 tahun yang lalu ,... di Jepara terlahir seorang perempuan dengan Nama Raden Ayu Kartini yang kelak akan menjadi seorang pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Apa yang masih melekat di ingatan kita setiap Hari Kartini diperingati? Berbagai lomba kebaya mungkin, atau lomba masak di tingkat kelurahan. Bisa jadi terbayang lomba kebaya cilik atau pagelaran adat daerah.
Seperti itu barangkali yang lebih mendominasi alam pikiran kita. Barangkali segelintir dari kita langsung tertuju pada sebuah judul buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang kumpulan naskah korespondensi Raden Ayu Kartini dengan sahabatnya di Belanda.
Anak-anak kita sangat mungkin tidak pernah lagi melantunkan lagu Ibu Kita Kartini karya WR Supratman itu. Bahkan bila boleh jujur nyaris tak pernah mendengarnya lagi. Menyedihkan! Sosok Kartini sang pembawa titik terang kaum perempuan Indonesia itu menjelma bagai mitos, sesuatu yang kita percayai dan telah diangap sebagai sebuah kebenaran sejak dulu tapi sebenarnya tidak benar.
Tegakah kita membiarkan zaman menyulap gagasan dan sosok Kartini sebagai pejuang kemanusiaan menjadi pada akhirnya mitos saja?
Kartini adalah seorang kutu buku, penulis, istri yang setia, pejuang dan peduli nasib miris kaumnya. Inilah potret zamannya, buta huruf, terbelakang, terhimpit, dan terpenjara oleh oleh feodalisme, oleh sebuah kultur yang tidak berpihak kepada perempuan.
Tapi seorang Kartini mampu menembus penjaranya dengan caranya sendiri, berjuang untuk seluruh kaumnya. Semangat inilah yang seharusnya disemai agar produktif, tidak hanya menjadi cermin bagi kaum perempuan tapi juga laki-laki dalam perspektif setara.
Dengan demikian, apa yang sesungguhnya penting diperjuangkan oleh kaum perempuan saat ini. Dalam berbagai acara peringatan Hari Kartini, adakah perenungan yang berhasil menembus wujud kebaya, masak-memasak atau lewat untaian kata-kata emansipasi sebagai upaya mengeksplorasi kembali semangat juang Kartini yang mati muda itu.
Apakah gagasannya itu hanya dapat dibaca dibajunya, kebayanya, masakannya, atau formalitas mengenang nama besarnya. Jangan sampai kita terjebak pada ritualnya tapi alpa menyimpan makna dan menghidupkannya terus-menerus sepanjang hari tanpa menunggu 21 April saja. Biarkan semangat dan jiwa juang perempuan senantiasa terpompa untuk keluar dari rasa ketidakmampuan.
Kita seyogianya mengenang Kartini pada gagasan, ide, perjuangan, dan pandangan-pandangannya tentang ketuhanan, kebijaksanaan, keindahan, humanisme, dan nasionalisme. Bukan pada apa yang telah diapresiasi oleh orang lain.
Sebab, boleh jadi kita akan terjebak pada sosok Kartini sebagai sebuah nama besar dan menafikan gagasan besarnya, karena hanya akan menjadikan Kartini sebagai mitos yang melengkapi cerita-cerita mitos di negeri kita ini. Kartini adalah putri sejati yang peduli kaumnya, dimana pada masanya hampir tidak ada orang yang peduli nasib perempuan, bahkan oleh dan dari kalangan perempuan sekalipun.
Hari ini, biarkanlah semangat tumbuh dan berkembang menyemangati setiap jiwa perempuan Indonesia. Pun, seluruh jiwa anak bangsa ini, karena ide, gagasan, dan spirit untuk maju tidak hanya boleh diklaim oleh segolongan kaum, apalagi oleh hanya karena jenis kelamin.
Apa yang masih melekat di ingatan kita setiap Hari Kartini diperingati? Berbagai lomba kebaya mungkin, atau lomba masak di tingkat kelurahan. Bisa jadi terbayang lomba kebaya cilik atau pagelaran adat daerah.
Seperti itu barangkali yang lebih mendominasi alam pikiran kita. Barangkali segelintir dari kita langsung tertuju pada sebuah judul buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang kumpulan naskah korespondensi Raden Ayu Kartini dengan sahabatnya di Belanda.
Anak-anak kita sangat mungkin tidak pernah lagi melantunkan lagu Ibu Kita Kartini karya WR Supratman itu. Bahkan bila boleh jujur nyaris tak pernah mendengarnya lagi. Menyedihkan! Sosok Kartini sang pembawa titik terang kaum perempuan Indonesia itu menjelma bagai mitos, sesuatu yang kita percayai dan telah diangap sebagai sebuah kebenaran sejak dulu tapi sebenarnya tidak benar.
Tegakah kita membiarkan zaman menyulap gagasan dan sosok Kartini sebagai pejuang kemanusiaan menjadi pada akhirnya mitos saja?
Kartini adalah seorang kutu buku, penulis, istri yang setia, pejuang dan peduli nasib miris kaumnya. Inilah potret zamannya, buta huruf, terbelakang, terhimpit, dan terpenjara oleh oleh feodalisme, oleh sebuah kultur yang tidak berpihak kepada perempuan.
Tapi seorang Kartini mampu menembus penjaranya dengan caranya sendiri, berjuang untuk seluruh kaumnya. Semangat inilah yang seharusnya disemai agar produktif, tidak hanya menjadi cermin bagi kaum perempuan tapi juga laki-laki dalam perspektif setara.
Dengan demikian, apa yang sesungguhnya penting diperjuangkan oleh kaum perempuan saat ini. Dalam berbagai acara peringatan Hari Kartini, adakah perenungan yang berhasil menembus wujud kebaya, masak-memasak atau lewat untaian kata-kata emansipasi sebagai upaya mengeksplorasi kembali semangat juang Kartini yang mati muda itu.
Apakah gagasannya itu hanya dapat dibaca dibajunya, kebayanya, masakannya, atau formalitas mengenang nama besarnya. Jangan sampai kita terjebak pada ritualnya tapi alpa menyimpan makna dan menghidupkannya terus-menerus sepanjang hari tanpa menunggu 21 April saja. Biarkan semangat dan jiwa juang perempuan senantiasa terpompa untuk keluar dari rasa ketidakmampuan.
Kita seyogianya mengenang Kartini pada gagasan, ide, perjuangan, dan pandangan-pandangannya tentang ketuhanan, kebijaksanaan, keindahan, humanisme, dan nasionalisme. Bukan pada apa yang telah diapresiasi oleh orang lain.
Sebab, boleh jadi kita akan terjebak pada sosok Kartini sebagai sebuah nama besar dan menafikan gagasan besarnya, karena hanya akan menjadikan Kartini sebagai mitos yang melengkapi cerita-cerita mitos di negeri kita ini. Kartini adalah putri sejati yang peduli kaumnya, dimana pada masanya hampir tidak ada orang yang peduli nasib perempuan, bahkan oleh dan dari kalangan perempuan sekalipun.
Hari ini, biarkanlah semangat tumbuh dan berkembang menyemangati setiap jiwa perempuan Indonesia. Pun, seluruh jiwa anak bangsa ini, karena ide, gagasan, dan spirit untuk maju tidak hanya boleh diklaim oleh segolongan kaum, apalagi oleh hanya karena jenis kelamin.
Ibu kita Kartini,
Putri sejati,
Putri Indonesia,
Harum namanya
Ibu kita Kartini,
Pendekar bangsa,
Pendekar kaumnya,
Untuk merdeka.
Wahai Ibu Kita Kartini
Putri Yang Mulia
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia.
Putri sejati,
Putri Indonesia,
Harum namanya
Ibu kita Kartini,
Pendekar bangsa,
Pendekar kaumnya,
Untuk merdeka.
Wahai Ibu Kita Kartini
Putri Yang Mulia
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia.
Selamat hari Kartini bang...
BalasHapusoke. selamat merayakan hari kartini bang :)
BalasHapusbtw, bang kemarin saya abis bikin review blog ini di alexa. review balik ya bang :D thanks
mampir baca tentang ibu kartini sekaligus vote
BalasHapusrakhmad.com mengucapkan "Selamat Hari Kartini 2010", Semuanya ....
BalasHapusklo di rumah hari Kartini pastinya udah ngedandani ponakan pake kebaya
BalasHapussayangnya lg gak di rumah saat mengenag hari Kartini emang menyenangkan bnyk memory yg terpatri di ingatan.semangat menjadi perempuan yg bs nempatkan diri pada posisi terdepan tanpa meninggalkan norma2 yg ada...met pagi Bang Iwan maaf br bs mampir....
selamat hari kartini bang iwan
BalasHapusyup... ikut ngucapin selamat hari kartini wahai para Ibu, wanita, perempuan dan remaja putri Indonesia
BalasHapusmenurutku, Ibu Kartini harus merupakan pemicu bagi perempuan-perempuan untuk maju dalam pemikiran dan tindakan serta mau memajukan bangsa ini.
BalasHapussukses dilihat dari proses.
sangat panjang proses kartini dalam memajukan pendidikan di masa itu.
Selamat hari Kartini, semoga apa yang telah diperjuangkannya bisa menjadi inspirasi bagi kita semnua terutama Wanita Indonesia.
BalasHapussetuju Bang Iwan semoga Kartini tidak hanya sebatas mitos, tapi jauh lebih penting memaknai arti sebuah perjuangan sehingga dapat kita jdikan semangat untuk lebih maju lagi. Majulah Wanita Indonesia.
BalasHapusSelamat memperingati Hari Kartini. Setuju sekali, mudah2an gagasan, ide, perjuangan, dan pandangan-pandangannya yang semakin dicerna generasi penersnya. Salam hangat!
BalasHapusAku selalu suka tulisan2nya Bang Iwan ^^
BalasHapusTadi pagi pas perjalanan ke kantor, aku lihat anak2 esde berangkat ke sekolah pakai baju daerah... Lucu2 ^^
Yups..Saya sedih melihat uforia perayaan Kartini sekarang, semua seperti kehilangan makna. Sementara semangat dan perjuangan beliau sendiri seperti terlupakan..
BalasHapusselamat hari kartini....
BalasHapussetuju sm mbak ajeng...
BalasHapusslmt hari kartini...
Gagasan seorang kartini patut di teladani....Kang...
BalasHapusYup...
BalasHapusSuetujuuuuu...
Memang begitulah kenyataanya...
Hari kartini hanya nama, atau kenangan saja.
Belum nampak nyata realisasi dari apa yang didengungkan pada saat perayaannya...
Kartini jaman sekarang lagi senang berbatik ria nih bang, tapi banyak juga yg menyulap kebaya menjadi lebih modern dan simpel lagi untuk di gunakan
BalasHapussaya malah pengen mengapresiasi wanita sebagai simbol keluarga bahagia dan sukses..seorang ibu, bukan sosok penjuang yg mengatasnamakan hak asasi dan karier, seperti banyak diperbincangkan akhir2 ini..
BalasHapusitu hanya pendapat seeh, terinspirasi ibu saya, soalnya saya lum punya istri :D
saya bangga bisa mengenal ibu Kartini,,,
BalasHapusxoxo
YULIA RAHMAWATI
Get Up,Survive, Go Back To The Bed
bangga mengenal ibu kartini
BalasHapusdan akan meneruskan cerita tentang beliau pada anak nantinya ^^
selamat hari kartini bang :D
BalasHapusbenar sobat, yang perlu dicermati adalah gimana qta mengejawantahkan pemikiran2 dan ide2 dari kartini.
BalasHapusselamat hari kartini juga.. untuk wanita indonseia :D
BalasHapussalam
BalasHapusselamat hari kartini
*senyum Seiri yang berkebaya n sanggul special buat hari ini*
yg paling penting dicontoh dr ibu kartini adalah semangatnya, bukan hanya sekedar seremoni berbaju kebaya saja dan menyanyikan lagunya, namun tanpa makna dan tindakan nyata dlm keluarga dan masyarakat.
BalasHapussalam
Good post. Saya tidak pernah memitoskan ibu Kartini bang, sebagaimana lahirnya sebuah rasa jenuh akan pencekok'an sejarah akan tokoh perempuan sejak saya kecil.
BalasHapusAwardnya udah saya pajang, hari itu juga, di postingan saya "Membaralah Impian". Selamat sore bang Iwan.
Dalam ajaran agama Islam kita tidak boleh memitoskan siapapun, bahkan Rasulullah Sawpun tak mau di mistoskan atau di kultuskan. Makanya tak akan pernah ada gambar atau film beliau.
BalasHapusSalam hangat dari Bening
met hari kartini ya om..semuoga perempuan2 indonesia ditahun 2010 ini bisa becermin pada sikap dan semangat juang ibu kartini
BalasHapussaya baru belajar ngeblog ni om..mohon bantuan dan petunjuk ya om..mohon kunjungi blog saya juga biar bisa dikoreksi^^..
http://mahasiswagenius.blogspot.com/
sampurasuuunnnn.... hari ini tidak semua orang ingat akan hal itu, terbukti mulai dari bel berbunyi masuk kelas sampai bel pulang, tidak "terlihat" aktivitas yang mengenang kartini, sungguh.....
BalasHapusselamat hari kartini bang...
BalasHapussalam..
teladah ibu kartini seharus patut di contoh perempuan2 sekarang tp kayanya hanya sedikit yang meneladani ibu kita kartini
BalasHapusKita harus banyak melihat diri sendiri bang ... untuk lebih memperbaiki kekurangan kita
BalasHapussetuju mas,apalagi alinea yg terakhir.
BalasHapussemoga kartini2 masa kini tidak lupa kodrat dan kewajibannya selain menuntut hak nya saja....
selamat hari kartini....
BalasHapusoh ya, kok di skolah gak dirayain ya hari kartininya...upacara juga enggak ada...
aneh...
maaf terlambat datang pada hari kartini
BalasHapusmemang banyak yang mengagungkan kartini dengan memuji kartini
tapi apa yang diterapkan kartini dilupakan nilai-nilainya
persamaan gender katanya yang banyak mengucapkan tapi tidak memahaminya termasuk saya sendiri
salam
SELAMAT HARI KARTINI SEMOGA KARTINI TIDAK TINGGAL KENANGAN BELAKA
betul bang
BalasHapussaya juga sudah mulai lupa dengan lagu ibu kita kartini yang biasa dinyanyikan waktu sekolah dulu
terima kasih disini ada teks lagu tersebut yang memberikan penyegaran ingatan terhadap lagu tersebut
yupzz bener banget tuch,.. dg peringatan hari kartini udh semestinya kita bangkitkan kembali dan tamankan lagi semangat juang RA.Kartini sebagai motivator dan inisiator yang hakiki dan tidak hanya tinggal cerita dan mitos saja yang bakal lenyap di telan masa,... wah jgn sampai deh,...
BalasHapusSelamat hari kartini bang.
BalasHapusSalam kenal
bener bang, adik saya aje yang masih tk udeh pada disuruh pake kebaya hehehe
BalasHapusFOUR DREAMS