Zaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja. Raja ini seharusnya puas dengan kehidupannya, dengan segala harta benda dan kemewahan yang ia miliki. Tapi Raja ini tidak seperti itu. Sang Raja selalu bertanya-tanya mengapa ia tidak pernah puas dengan kehidupannya. Tentu saja, ia memiliki perhatian semua orang kemana pun ia pergi, menghadiri jamuan makan malam dan pesta yang mewah, tetapi, ia tetap merasa ada sesuatu yang kurang dan ia tidak tahu apa sebabnya.
Suatu hari, sang Raja bangun lebih pagi dari biasanya dan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar istananya. Sang Raja masuk ke dalam ruang tamunya yang luas dan berhenti ketika ia mendengarkan seseorang bernyanyi dengan riang dan perhatiannya tertuju kepada salah satu pembantunya yang bersenandung gembira dan wajahnya memancarkan sukacita serta kepuasan. Hal ini menarik perhatian sang Raja dan ia pun memanggil si hamba masuk ke dalam ruangannya.
Pria ini, si hamba, masuk ke dalam ruangan sang Raja seperti yang telah diperintahkan. Lalu sang Raja bertanya mengapa si hamba begitu riang gembira. Kemudian, si hamba menjawab, “Yang Mulia, diri saya tidaklah lebih dari seorang hamba, namun apa yang saya peroleh cukup untuk menyenangkan istri dan anak-anak saya. Kami tidak memerlukan banyak, sebuah atap di atas kepala kami dan makanan yang hangat untuk mengisi perut kami. Istri dan anak-anak saya adalah sumber inspirasi saya, mereka puas dengan apa yang bisa saya sediakan walaupun sedikit. Saya bersukacita karena mereka bersukacita.”
Mendengar hal tersebut, sang Raja menyuruh si hamba keluar dan kemudian memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.Sang Raja berusaha mengkaji perasaan pribadinya dan mengkaitkan dengan kisah yang baru saja didengarnya, berharap dirinya dapat menemukan suatu alasan mengapa ia seharusnya dapat merasa puas dengan apa yang dapat diperoleh dengan sekejap tetapi tidak, sedangkan hambanya hanya memperoleh sedikit harta tetapi memiliki rasa kepuasan yang besar.
Dengan penuh perhatian, sang asisten pribadi mendengarkan ucapan sang Raja dan kemudian menarik kesimpulan. Ujarnya, “Yang Mulia, saya percaya si hamba itu belum menjadi bagian dari kelompok 99.” “Kelompok 99? Apakah itu?” tanya sang Raja. Kemudian, sang asisten pribadi menjawab, “Yang Mulia, untuk mengetahui apa itu Kelompok 99, Yang Mulia harus melakukan hal ini… letakkan 99 koin emas dalam sebuah kantung dan tinggalkan kantung tersebut di depan rumah si hamba, setelah itu Yang Mulia akan mengerti apa itu Kelompok 99.”
Sore harinya, sang Raja mengatur agar si hamba memperoleh kantung yang berisi 99 koin emas di depan rumahnya. Walaupun ada sedikit keraguan muncul, dan sang Raja ingin memberikan 100 koin emas, namun ia menuruti nasihat si asisten pribadi dan tetap meletakkan 99 koin emas.
Esok harinya, ketika si hamba baru saja hendak melangkahkan kakinya ke luar rumah, matanya melihat sebuah kantung. Bertanya-tanya dalam hatinya, ia membawa kantung itu masuk ke dalam dan membukanya. Ketika melihat begitu banyak koin emas di dalamnya, ia langsung berteriak girang. Koin emas… begitu banyak! Hampir ia tidak percaya. Kemudian ia memanggil istri dan anak-anaknya ke luar memperlihatkan temuannya.
Si hamba meletakkan kantung tersebut di atas meja, mengeluarkan seluruh isinya dan mulai menghitung. Hanya 99 koin emas, dan ia pun merasa aneh. Dihitungnya kembali, terus menerus dan tetap saja, hanya 99 koin emas. Si hamba mulai bertanya-tanya, kemanakah koin yang satu lagi? Tidak mungkin seseorang hanya meninggalkan 99 koin emas. Ia pun mulai menggeledah seluruh rumahnya, mencari koin yang terakhir.
Setelah ia merasa letih dan putus asa, ia memutuskan untuk bekerja lebih keras lagi untuk menggantikan 1 koin itu agar jumlahnya genap 100 koin emas. Keesokan harinya, ia bangun dengan suasana hati yang benar-benar tidak enak, berteriak- teriak kepada istri dan anak-anaknya, tidak menyadari bahwa ia telah menghabiskan malam sebelumnya dengan bekerja keras agar ia mampu membeli 1 koin emas. Si hamba bekerja seperti biasa, tetapi tidak dengan suasana hati yang riang, bersiul-siul seperti biasanya. Dan si hamba pun tidak menyadari bahwa sang Raja memperhatikan dirinya ketika ia melakukan pekerjaan hariannya dengan bersungut-sungut.
Sang Raja bingung melihat sikap si hamba yang berubah begitu drastis, lalu memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan. Diceritakan apa yang telah dilihatnya dan si asisten pribadinya tetap mendengarkan dengan penuh perhatian. Sang Raja bertanya, bukankah seharusnya si hamba itu lebih riang karena ia telah memiliki koin emas.
Jawab si asisten,”Ah.. tetapi, Yang Mulia, sekarang hamba itu secara resmi telah masuk ke dalam Kelompok 99.” Lanjutnya, “Kelompok 99 itu hanyalah sebuah nama yang diberikan kepada orang-orang yang telah memiliki semuanya tetapi tidak pernah merasa puas, dan mereka terus bekerja keras mencoba mencari 1 koin emas yang terakhir agar genap 100 koin emas. Kita harusnya merasa bersyukur dengan apa yang ada, dan kita bisa hidup dengan sedikit yang kita miliki. Tetapi ketika kita diberikan yang lebih baik dan lebih banyak, kita menghendaki lebih! Tidak menjadi orang yang sama lagi, yang puas dengan apa yang ada, tetapi kita terus menghendaki lebih dan lebih dan memiliki keinginan seperti itu kita membayar harga yang tidak kita pun sadari. Kehilangan waktu tidur, kebahagiaan, dan menyakiti orang-orang yang berada di sekitar kita hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Orang-orang seperti itulah yang tergabung dalam Kelompok 99!”
Mendengar hal itu, sang Raja memutuskan bahwa untuk selanjutnya, ia akan mulai menghargai hal-hal yang kecil dalam hidup. Berusaha untuk memiliki lebih itu bagus, tetapi jangan berusaha terlalu keras sehingga kita kehilangan orang-orang yang dekat dengan kita, jangan pernah menukar kebahagiaan dengan kemewahan.
Meskipun cerita diatas adalah saduran, namun paling tidak memberikan pembelajaran yang bermakna, dan Alhamdulillah,... aku sudah bisa mencukupkan jumlahnya menjadi 100 koin emas setelah mendapat tambahan 1 koin dari sahabat kita :
Suatu hari, sang Raja bangun lebih pagi dari biasanya dan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar istananya. Sang Raja masuk ke dalam ruang tamunya yang luas dan berhenti ketika ia mendengarkan seseorang bernyanyi dengan riang dan perhatiannya tertuju kepada salah satu pembantunya yang bersenandung gembira dan wajahnya memancarkan sukacita serta kepuasan. Hal ini menarik perhatian sang Raja dan ia pun memanggil si hamba masuk ke dalam ruangannya.
Pria ini, si hamba, masuk ke dalam ruangan sang Raja seperti yang telah diperintahkan. Lalu sang Raja bertanya mengapa si hamba begitu riang gembira. Kemudian, si hamba menjawab, “Yang Mulia, diri saya tidaklah lebih dari seorang hamba, namun apa yang saya peroleh cukup untuk menyenangkan istri dan anak-anak saya. Kami tidak memerlukan banyak, sebuah atap di atas kepala kami dan makanan yang hangat untuk mengisi perut kami. Istri dan anak-anak saya adalah sumber inspirasi saya, mereka puas dengan apa yang bisa saya sediakan walaupun sedikit. Saya bersukacita karena mereka bersukacita.”
Mendengar hal tersebut, sang Raja menyuruh si hamba keluar dan kemudian memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.Sang Raja berusaha mengkaji perasaan pribadinya dan mengkaitkan dengan kisah yang baru saja didengarnya, berharap dirinya dapat menemukan suatu alasan mengapa ia seharusnya dapat merasa puas dengan apa yang dapat diperoleh dengan sekejap tetapi tidak, sedangkan hambanya hanya memperoleh sedikit harta tetapi memiliki rasa kepuasan yang besar.
Dengan penuh perhatian, sang asisten pribadi mendengarkan ucapan sang Raja dan kemudian menarik kesimpulan. Ujarnya, “Yang Mulia, saya percaya si hamba itu belum menjadi bagian dari kelompok 99.” “Kelompok 99? Apakah itu?” tanya sang Raja. Kemudian, sang asisten pribadi menjawab, “Yang Mulia, untuk mengetahui apa itu Kelompok 99, Yang Mulia harus melakukan hal ini… letakkan 99 koin emas dalam sebuah kantung dan tinggalkan kantung tersebut di depan rumah si hamba, setelah itu Yang Mulia akan mengerti apa itu Kelompok 99.”
Sore harinya, sang Raja mengatur agar si hamba memperoleh kantung yang berisi 99 koin emas di depan rumahnya. Walaupun ada sedikit keraguan muncul, dan sang Raja ingin memberikan 100 koin emas, namun ia menuruti nasihat si asisten pribadi dan tetap meletakkan 99 koin emas.
Esok harinya, ketika si hamba baru saja hendak melangkahkan kakinya ke luar rumah, matanya melihat sebuah kantung. Bertanya-tanya dalam hatinya, ia membawa kantung itu masuk ke dalam dan membukanya. Ketika melihat begitu banyak koin emas di dalamnya, ia langsung berteriak girang. Koin emas… begitu banyak! Hampir ia tidak percaya. Kemudian ia memanggil istri dan anak-anaknya ke luar memperlihatkan temuannya.
Si hamba meletakkan kantung tersebut di atas meja, mengeluarkan seluruh isinya dan mulai menghitung. Hanya 99 koin emas, dan ia pun merasa aneh. Dihitungnya kembali, terus menerus dan tetap saja, hanya 99 koin emas. Si hamba mulai bertanya-tanya, kemanakah koin yang satu lagi? Tidak mungkin seseorang hanya meninggalkan 99 koin emas. Ia pun mulai menggeledah seluruh rumahnya, mencari koin yang terakhir.
Setelah ia merasa letih dan putus asa, ia memutuskan untuk bekerja lebih keras lagi untuk menggantikan 1 koin itu agar jumlahnya genap 100 koin emas. Keesokan harinya, ia bangun dengan suasana hati yang benar-benar tidak enak, berteriak- teriak kepada istri dan anak-anaknya, tidak menyadari bahwa ia telah menghabiskan malam sebelumnya dengan bekerja keras agar ia mampu membeli 1 koin emas. Si hamba bekerja seperti biasa, tetapi tidak dengan suasana hati yang riang, bersiul-siul seperti biasanya. Dan si hamba pun tidak menyadari bahwa sang Raja memperhatikan dirinya ketika ia melakukan pekerjaan hariannya dengan bersungut-sungut.
Sang Raja bingung melihat sikap si hamba yang berubah begitu drastis, lalu memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan. Diceritakan apa yang telah dilihatnya dan si asisten pribadinya tetap mendengarkan dengan penuh perhatian. Sang Raja bertanya, bukankah seharusnya si hamba itu lebih riang karena ia telah memiliki koin emas.
Jawab si asisten,”Ah.. tetapi, Yang Mulia, sekarang hamba itu secara resmi telah masuk ke dalam Kelompok 99.” Lanjutnya, “Kelompok 99 itu hanyalah sebuah nama yang diberikan kepada orang-orang yang telah memiliki semuanya tetapi tidak pernah merasa puas, dan mereka terus bekerja keras mencoba mencari 1 koin emas yang terakhir agar genap 100 koin emas. Kita harusnya merasa bersyukur dengan apa yang ada, dan kita bisa hidup dengan sedikit yang kita miliki. Tetapi ketika kita diberikan yang lebih baik dan lebih banyak, kita menghendaki lebih! Tidak menjadi orang yang sama lagi, yang puas dengan apa yang ada, tetapi kita terus menghendaki lebih dan lebih dan memiliki keinginan seperti itu kita membayar harga yang tidak kita pun sadari. Kehilangan waktu tidur, kebahagiaan, dan menyakiti orang-orang yang berada di sekitar kita hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Orang-orang seperti itulah yang tergabung dalam Kelompok 99!”
Mendengar hal itu, sang Raja memutuskan bahwa untuk selanjutnya, ia akan mulai menghargai hal-hal yang kecil dalam hidup. Berusaha untuk memiliki lebih itu bagus, tetapi jangan berusaha terlalu keras sehingga kita kehilangan orang-orang yang dekat dengan kita, jangan pernah menukar kebahagiaan dengan kemewahan.
Meskipun cerita diatas adalah saduran, namun paling tidak memberikan pembelajaran yang bermakna, dan Alhamdulillah,... aku sudah bisa mencukupkan jumlahnya menjadi 100 koin emas setelah mendapat tambahan 1 koin dari sahabat kita :
Bocah Pemimpi Bertutur Desah Merangkai Kisah.
Semoga dengan Award koin emas ini dapat menjadi pemicu semangat bagi saya untuk senantiasa bersyukur dengan apa yang ada tanpa berupaya menggapai apa yang tidak mungkin saya raih..... .....
Selanjutnya saya berikan koin ini untuk rekan-rekan yang setuju dengan saya untuk tidak pernah menukar kebahagiaan dengan kemewahan.
======================================================
Mari saling mendukung di TOP SERATUS.Com Klik DISINI
cerita yg bisa membangun jiwa, nih...
BalasHapuspagi2 gini lagi :)
selamat koin emas nya....
betul, bang...kemewahan bukanlah ujung dr kebahagiaan ...mash ada yg lebih penting dr itu.
jiwa yg bahagia adalah jiwa yg bisa berteman dgn nurani yg selalu bersyukur atas apa yg kita miliki...
hehehe...semoga dapat kapling pertama...
BalasHapusmm..dapatkan yaa.....
waahh keduluan mbak Tisti nih ... hehe ...
BalasHapusSetuju, bang. Kebahagiaan ada bukan dari kemewahan melainkan dari kesederhanaan berserah diri dan keikhlasan menerima.
Terima kasih kisahnya ya. Pagi-pagi dapet hikmah nih.
sekalian koine masnya xixixiixix :D maunya
BalasHapuswah ganti template lagi bro :D
BalasHapusnambah keren aja.salam persahabatan selalu dari saya bro si Blogger Pemula
mengejar sesuatu boleh saja, asal jangan sampai diperbudak oleh keinginan tersebut
BalasHapusCeritanya bagus Bang..., memang kemewahan tak dapat membeli kebahagaiaan. Kebahagiaan berasal dari dalam hati, bukan dari harta yang berlimpah.
BalasHapusKeren mas!
BalasHapusmanusia memang selalu merasa tidak puas,dengan ketidak puasan itu manusia akan selalu berusaha untuk lebih maju dan selau menciptakan teknologi yang lebih baru
BalasHapusemmmmm....kebahagiaan adalah segalaya ya bang....???
BalasHapuskoinya dikoleksi tuuuuh hehehee
BalasHapusKisah yang briliant, mas! Pantas saja kalo dikatakan orang kaya itu sulit masuk surga, malah lebih mudah unta masuk lubang jarum! Karena begitu seseorang mempunyai lebih, ia akan jadi semakin serakah.
BalasHapuskebahagiaan memang selamanya hanya ditentukan oleh segala yg bukan material
BalasHapusweh awarrd dari emas
BalasHapusJarang Lho yang berfikir seperti itu.
BalasHapusYang sering kita terjebak dalam Persaingan mengejar Dunia.
Hingga apapun sanggup kita korbankan,
Apalah arti Teman, saudara bahkan Saudara sendiri ia sikat habis, demi dunia.
Perlu kedewasaan yang terasah untuk menyadari bahwa kebahagiaan tak selamanya diukur dari harta dan dunia.
Dan perlu Pengorbanan pada diri Pribadi yang bertubi untuk mendapatkan Kebahagiaan Hakiki yang bersandar pada Silaturahmi dan agama.
Kadang Tantangannya muncul dari Sekitar kita, bahkan orang paling dekat. Pasangan hidup kita, atau anak. Terdorong oleh keinginan membahagiakan orang terkasih, ia rela korbankan orang lain.
WASPADALAH...
WASPADALAH...
DUNIA TIADA YG ABADI.
Postingannya keren bang Iwan. Selamat koin emasnya bang.
BalasHapussalam sobat
BalasHapusselamat atas award koin emasnya,,semoga sukses selalu.
hahahahahahaha sama-sama mosting koin emas
BalasHapushehehehehe
pokoke gold koin alias coin emas
mantap bang
Pilih hidup sukses atau bahagia?. Ternyata sebagian besar menjawab "bahagia", saat ini banyak sekali orang sukses namun tidak bahagia.
BalasHapusSemoga kita semua bisa menjadi hamba Allah yang selalu bersyukur. Amin.
Selamat awardnya dan ijinkan saya menyimpan award pemberian Bapak dalam jiwa saya.
Ganti template yaa?
BalasHapusKereen :)
inspiratif bgt nih. nice story.
BalasHapusHmmm, bner nih...
BalasHapusBisa jadi pelajaran penting....
Manusia gak pernah puas dengan apa yang udah diraihnya, pengennya lebih....
Selamat mas buat koin emasnya...
koinnya buat saya yaah sob :D
BalasHapusNice sharing bro....
BalasHapusHidup bermakna jauh lebih berharga dari tumpukan harta.
Nice sharing bro...
BalasHapusHidup bermakna jauh lebih berharga dari tumpukan harta
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
BalasHapusI Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
yayayaya.. 99.99 % manusia saat ini entahlah
BalasHapusCerita yang bagus.
BalasHapuswah blognya pak iwan makin keren aja... duh ketinggalan nih saya.. haduuu maaf ya pak iwan saya jarang berkunjung soalnya lagi agak frustasi nih dengan kehidupan.. heheheeh..
BalasHapusceritanya saya baca sampai habis lohh.. saya termasuk juga orang yang tidak pernah puas.. tapi ada positif negatifnya.. positifnya saya tidak puas karena ilmu saya kurang.. negatifnya saya berpikir "kapan saya kaya?".. hehehehehe
maklumlah pak iwan, secara an sich manusia ga ada yang sempurna
renungan yang dalam artinya mas...
BalasHapustapi ya kalo manusia memang rasanya harus selalu kurang begitu ya... kekeke
saya kok jadi merinding membacanya ya...
BalasHapussalamakki' manre denniari
BalasHapuswah mantabbbb ceritanya.....koin emas yang menarik semenarik awardnya ya bang.....:)
BalasHapus