Terjerembab,………. Istilah yang tepat untuk menggambarkan seseorang yang jatuh secara tiba-tiba, tanpa bersiap sebelumnya. Orang yang terjerembab ke comberan yang keruh dan dipenuhi limbah misalnya, dapat dipastikan akan berbau dan kotor, kepala yang benjol serta tampang tak karuan lainnya.
Terlebih lagi bila terjerembab yang bukan artian fisik, dampaknya bisa lebih fatal lagi sebab yang jatuh bukanlah cuman tubuh kasar belaka, melainkan tubuh halus yang tertata dari bion elektron, tak kasatmata, mungkin ulah baik, mungkin ulah buruk.
Makanya terjerembab mental, lebih berdampak parah dibandingkan dengan terjerembab materi. Misalnya harta kita terjerembab ke jurang yang paling bawah alias bangkrut bin pailit, paling berdampak di perut atau lapar. Dan lapar terpaksa, karena tidak bisa membeli pangan yang cukup.
Memang, lapar tak mustahil mengundang aib demi aib lainnya, yang kadang membuat nilai-nilai yang baik dalam diri manusia menjadi luntur. Namun, ada lapar yang punya tujuan yang sebaliknya mampu meningkatkan lagi segala nilai yang selama ini terjerembab.
Apa sih, lapar yang punya tujuan itu? Ia adalah lapar yang bukan sekedar menahan lapar, haus yang bukan sekedar manahan haus, melainkan lapar dan hausnya manusia yang tengah berpuasa, yang menghaluskan kembali nafsu-nafsu kasar, yang menggerinda lempang niat-niat kesasar.
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S.Al-Baqarah: 183)
Puasa adalah salah satu dari amalan pokok agama Islam yang tak kalah pentingnya dibanding Shalat, Zakat, Haji bahkan Jihad. Puasa dalam artian umum, sebagaimana yang banyak dilaksanakan pada zaman sebelum Islam, merupakan kebiasaan yang kerap dilaksanakan tatkala berkabung atau ditimpa musibah. Bahkan Yesus Kristus dalam Matius : 6: 16, 17 telah mewajibkan puasa terhadap umat kristen dengan kata-katanya :
”Dan apabila engkau puasa, tak usahlah engkau menyerupai orang munafik dengan muramnya....... Namun engkau ini, apabila engkau puasa, minyakilah kepala engkau dan basuhlah muka engkau”.
Menjaga diri ialah langkah preventif yang bukan sekedar baertahan dalam kediaman. Kejahatan adalah langkah baik yang terjerembab kepada keburukan. Guna menjaga langkah baik kita agar tidak sampai terjerembab ke jurang keburukan, hendaknya kita berhati-hati dalam menjaga diri. Namun, langkah preventif lewat teknik menunggu atau pasif tak akan banyak membawa hasil karena terjerembab adalah proses gerak.
Oleh karena tiu, guna menolong nilai baik yang terjerembab itu, kita perlu membopongnya secara aktif, dinamis, gesit, dan jeli dengan penuh peenyesuaian gerak pula. Penyesuaian gerak yang efektif untuk nilai baik yang tengah terjerembab itu ialah ’amal saleh’ dalam artian amal tanpa pamrih apapun, termasuk pamrih materi atau pamrih pujian.
Maka jelaslah..... bahwa puasanya insan yang beriman itu seyogyanya dipenuhi oleh amal saleh agar tidak tersedia drive yang kosong sebagai tempat masuknya virus-virus yang dapat menyebarkan file-file perbuatan buruk.
Oleh sebab itu, selain berlapar-lapar membersihkan diri pada bulan puasa, ada yang lebih penting lagi yang perlu kita jaga agar kita tidak terjerembab kembali ke dalam nilai buruk sebelum puasa. Apakah itu? Setelah lebaran nantinya, seyogyanya diusahakan agar kita senantiasa lapar terhadap perbuatan baik, dahaga terhadap kemaslahatan.
Manusia yang lapar terhadap perbuatan baik adalah manusia yang merasakan nikmat makan yang banyak ketika lapar. Sesuai dengan sunnah Nabi Besar Muhammad SAW, ”Makanlah ketika benar-benar lapar dan berhentilah sebelum merasakan kenyang”.
Itulah lapar yang membawa hikmah, bukan hikmah yang sekedar sebulan saja, melainkan hikmah yang berdebit sepanjang sujud terhadap Allah sang pemberi Hikmah!
Sumber bacaan : PUPUS HARU DI SAJADAH BIRU, Dedi Suardi
Terlebih lagi bila terjerembab yang bukan artian fisik, dampaknya bisa lebih fatal lagi sebab yang jatuh bukanlah cuman tubuh kasar belaka, melainkan tubuh halus yang tertata dari bion elektron, tak kasatmata, mungkin ulah baik, mungkin ulah buruk.
Makanya terjerembab mental, lebih berdampak parah dibandingkan dengan terjerembab materi. Misalnya harta kita terjerembab ke jurang yang paling bawah alias bangkrut bin pailit, paling berdampak di perut atau lapar. Dan lapar terpaksa, karena tidak bisa membeli pangan yang cukup.
Memang, lapar tak mustahil mengundang aib demi aib lainnya, yang kadang membuat nilai-nilai yang baik dalam diri manusia menjadi luntur. Namun, ada lapar yang punya tujuan yang sebaliknya mampu meningkatkan lagi segala nilai yang selama ini terjerembab.
Apa sih, lapar yang punya tujuan itu? Ia adalah lapar yang bukan sekedar menahan lapar, haus yang bukan sekedar manahan haus, melainkan lapar dan hausnya manusia yang tengah berpuasa, yang menghaluskan kembali nafsu-nafsu kasar, yang menggerinda lempang niat-niat kesasar.
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S.Al-Baqarah: 183)
Puasa adalah salah satu dari amalan pokok agama Islam yang tak kalah pentingnya dibanding Shalat, Zakat, Haji bahkan Jihad. Puasa dalam artian umum, sebagaimana yang banyak dilaksanakan pada zaman sebelum Islam, merupakan kebiasaan yang kerap dilaksanakan tatkala berkabung atau ditimpa musibah. Bahkan Yesus Kristus dalam Matius : 6: 16, 17 telah mewajibkan puasa terhadap umat kristen dengan kata-katanya :
”Dan apabila engkau puasa, tak usahlah engkau menyerupai orang munafik dengan muramnya....... Namun engkau ini, apabila engkau puasa, minyakilah kepala engkau dan basuhlah muka engkau”.
Menjaga diri ialah langkah preventif yang bukan sekedar baertahan dalam kediaman. Kejahatan adalah langkah baik yang terjerembab kepada keburukan. Guna menjaga langkah baik kita agar tidak sampai terjerembab ke jurang keburukan, hendaknya kita berhati-hati dalam menjaga diri. Namun, langkah preventif lewat teknik menunggu atau pasif tak akan banyak membawa hasil karena terjerembab adalah proses gerak.
Oleh karena tiu, guna menolong nilai baik yang terjerembab itu, kita perlu membopongnya secara aktif, dinamis, gesit, dan jeli dengan penuh peenyesuaian gerak pula. Penyesuaian gerak yang efektif untuk nilai baik yang tengah terjerembab itu ialah ’amal saleh’ dalam artian amal tanpa pamrih apapun, termasuk pamrih materi atau pamrih pujian.
Maka jelaslah..... bahwa puasanya insan yang beriman itu seyogyanya dipenuhi oleh amal saleh agar tidak tersedia drive yang kosong sebagai tempat masuknya virus-virus yang dapat menyebarkan file-file perbuatan buruk.
Oleh sebab itu, selain berlapar-lapar membersihkan diri pada bulan puasa, ada yang lebih penting lagi yang perlu kita jaga agar kita tidak terjerembab kembali ke dalam nilai buruk sebelum puasa. Apakah itu? Setelah lebaran nantinya, seyogyanya diusahakan agar kita senantiasa lapar terhadap perbuatan baik, dahaga terhadap kemaslahatan.
Manusia yang lapar terhadap perbuatan baik adalah manusia yang merasakan nikmat makan yang banyak ketika lapar. Sesuai dengan sunnah Nabi Besar Muhammad SAW, ”Makanlah ketika benar-benar lapar dan berhentilah sebelum merasakan kenyang”.
Itulah lapar yang membawa hikmah, bukan hikmah yang sekedar sebulan saja, melainkan hikmah yang berdebit sepanjang sujud terhadap Allah sang pemberi Hikmah!
Sumber bacaan : PUPUS HARU DI SAJADAH BIRU, Dedi Suardi
nice artikel...
BalasHapussalam...
Duh ..Tausiahnya sungguh mencerahkan bro..
BalasHapusThanks
lapar.... puasa.....Ramalan. sebuah titian menuju kesempurnaan fitrohnya. pencapaian tawakkal yg haqiqi kpd Rabb Izzati.
BalasHapusmantap bang ^_^
BalasHapusntar mau buka ma apa bang?? hehehheh
Mudah2an pasca puasa kita bisa tetep istiqomah yaa....
BalasHapussemoga dgn 'berlapar2', kita di beri kemudahan dlm beribadah di bulan suci ini...
BalasHapusSetuju mas, itulah hakikat puasa yg sebenarnya. Dengan puasa berartikita selangkah utk bertobat. Bertobat berarti kita mau merubah kebiasaan lama kita, lalu hidup baru dgn kebiasaan baru yang (meminjam kata2 mas Iwan) lapar terhadap perbuatan baik....
BalasHapusSetuju sekali bang iwan...lapar secara hakikat itu iyalah puasa hati,dari segala hal2 g merusak hati..
BalasHapus* met puasa lahir dan batin...
Namun keberkahan itu selalu ada bagi orang-orang yang berpuasa. Oleh karena itu janganlah puasa kita hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Kita harus menjaga puasa ini seluruh tubuh kita. Tidak hanya perut saja, namun tangan, kaki, mata ,dll
BalasHapussalam mampir ke blog kami. Link sudah kami pasang, link balik kami tunggu
Tausiahnya mencerahkan bro..
BalasHapusSip. Top markotop bang.
BalasHapusklo ak ga tahan puasa lama lama,banyak godaan hii
BalasHapusokeh bang.........makasih nasihatnya
BalasHapuslama ga berkunjung bang
saya juga lapar nih, pak tapi lapar beneran. he he he..nice sharing. lapar akan perbuatan baik? hmm.....
BalasHapushendaknya kita selalu lapar untuk berbuat kebaikan
BalasHapussangat mencerahkan hati
Mantap bang, suatu renungan yang sangat mengena di situasi seperti sekarang ini.
BalasHapusSalam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
BalasHapusI Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
selamat berbuka puasa kang iwan
BalasHapusHmmm, bener juga yah....
BalasHapusNggak hanya untuk sebulan ini aja, tapi harus seterusnya...
Nggak hanya menahan lapar aja, masih ada yang lain yang harus kita lakukan untuk mendapatkan hikmah dari Yang Kuasa... :)
puasa yang sesungguhnya bagamana kita bisa membelenggu nafsu kita untuk tdk melakukan yg di larang Allah SWT. selamat berpuasa.
BalasHapuslapar dan dahaga,sepertinya aku bulan ini agak kacau dech Om,mumpung masih banyak kesempatan akan kuperbaiki ah,biar ngga sama aja sebelum bulan romadhon dan akan berubah setelah lebaran,berubah baik tentunya :)
BalasHapusdengan berpuas kita dapat memperoleh hikmah yang luar biasa
BalasHapusyang terpenting adalah.. bagaimana kita bersikap setelah (terutama) berpuasa di bln ramadhan ini kan Sir iia.. td buka pake apa??!?!
BalasHapusberibadah yok
BalasHapuskata gigi
puasa, semoga bisa menjadikan kita manusia yg peka terhadap realitas sosial. Puasa mengajarkan kita bagaimana rasanya lapar yg sering dialami kaum dhuafa.
BalasHapusinsya Allah..(amin)
BalasHapussubhanallah
BalasHapussubhanallah....
BalasHapustausiahnya agus bang....
apalagi dilihat dai sudut pandang agama yang berbeda...
Makanlah sebelum kamu lapar dan berhentilah sebelum kamu kenyang, wah itu yang belum bisa saya lakukan..renungannya mantap pak, pak banget lagi lapar..! oh ya..sudah dapat kiriman award dari F2 blom..bila belum saya yang kirim deh..spesial buat pak Iwan dan bila berkenan silahkan comot di http://hanyailusi.blogspot.com
BalasHapusbenar, shaum adalah menahan segala macam jenis lapar, agar yang menjalani mendapatkan kepuasan dan kenikmatan setelahnya. Tulisan yang bagus, bang. Terima kasih sudah berbagi
BalasHapusYang ditulis Bang Iwan bener-2 keren nih.., bisa dijadikan renungan agar kita dapat menjadi insan yg lebih baik lagi.
BalasHapusNice article...!!
Itulah nikmatnya berpuasa.
BalasHapusSelamat berbuka puasa...
Salam kenal.