Dua hari kemarin bentrokan antara mahasiswa dan aparat kepolisian di Makassar. Menarik untuk ditelaah, karena peristiwa itu ikut melibatkan warga. Tidak jelas, apakah keikutsertaan warga itu secara spontan karena kesal aksi mahasiswa memacetkan jalan raya. Ataukah, mungkin juga ada pihak yang memobilisir dengan alasan aksi mahasiswa itu mengganggu arus lalu lintas. Hal ini rasanya perlu dilakukan penelusuran.
Tetapi apa yang terjadi di Makassar dua hari belakangan ini adalah salah satu fenomena yang luar biasa. Betapa mahasiswa yang dianggap memiliki tingkat intelektualitas lebih malah mempraktikkan jalan kekerasan untuk menyampaikan pendapatnya.
Ada dua hal yang sungguh menggelitik. Pertama adalah pandangan masyarakat kita yang senantiasa menyamakan antara intelektualitas dan moralitas. Sementara dua hal tersebut sebenarnya memiliki substansi berbeda.
Intelektualitas berdiri di atas ranah kognisi, sementara moralitas berada dalam tataran etika.
Sebenarnya hal ini bisa dipahami sebagai cermin yang merefleksikan dambaan masyarakat banyak terhadap sejalannya intelektualitas dan moralitas, utamanya di kalangan generasi muda. Seseorang belum tuntas tahapan intelektualitas andaikata moralnya belum terbangun sempurna.
Aksi solidaritas mahasiswa se-Makassar dipicu atas penyerangan sekretariat HMI oleh oknum anggota Densus 88 pada Rabu malam 3 Maret lalu, berujung bentrok di beberapa lokasi. Akibatnya, sejumlah kendaraan bermotor, fasilitas kepolisian dan traffic light serta inventaris HMI, mengalami kerusakan. Selain itu, arus lalu lintas di lokasi insiden sempat macet beberapa jam.
Sementara itu Pengakuan blak-blakan ini dilontarkan Kapolda Adang Rochjana, saat berdialog dengan mahasiswa di Wisma HMI Cabang Makassar Jalan Botolempangan, sore kemarin. Kapolda mengaku sangat terpukul dengan adanya pengrusakan Wisma HMI dan mengaku memang ada oknum tertentu yang ingin menjatuhkannya.
"Sejak awal saya sudah menduga, kasus penyerangan Wisma HMI Cabang Makassar ini sudah disetting untuk menjatuhkan saya. Buktinya, persoalan pribadi tapi merembet ke bentrok antara HMI dan polisi," beber Adang.
Persoalan pribadi dimaksud menurut Adang, melibatkan salah seorang mahasiswa Universitas 45, Azhary Setiawan alias Kama Cappi, 35, dengan anggota Densus 88 Anti Teror, Aiptu Sutriman. Penyebabnya, Kama Cappi diduga melontarkan kata-kata kotor terhadap Sutriman saat mengamankan aksi demonstrasi di depan kampus Universitas 45 Jalan Urip Sumoharjo.
Karena dikejar oleh Sutriman, Kama Cappi lalu berlari ke Wisma HMI. "Nah, karena mencari Kama Cappi anggota langsung masuk ke Wisma HMI. Dari sinilah kemudian timbul gesekan antara polisi dan mahasiswa," kata Adang.
Meski begitu, Kapolda berjanji menindak tegas anggotanya yang terbukti melakukan tindakan represif dengan sanksi berat berupa pemecatan. "Anggota yang terbukti menyerang Wisma HMI dan memukuli mahasiswa tentu akan diberi sanksi. Kalau perlu dipecat. Saya bersedia mengundurkan diri jika itu penyelesaiannya. Mohon maaf saya sebentar lagi pensiun tapi jangan korbankan institusi Polri,"kata Adang.ditambahkan juga bahwa pihaknya sudah menetapkan anggota polisi sebagai tersangka penyerangan sekretariat HMI, termasuk seorang anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Di Jakarta, Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri menyampaikan permohonan maat atas insiden penyerbuan Sekretariat HMI Makassar.
Dan sampai hari ini kesepakatan damai sudah tercapai antara pihak kepolisian dan mahasiswa . Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin membacakan isi kesepakatan antara semua pihak terkait dengan mengamankan Kota Makassar.
Dalam pertemuan tersebut disepakati, tidak ada lagi aksi demonstrasi soal HMI-polisi. Kemudian, semua unsur (mahasiswa, HMI, warga, polisi) bisa menahan diri
"Diharapkan keterlibatan kampus untuk mengendalikan mahasiswa di kampus. Kalaupun terjadi kerusuhan, tanggung jawab semua pihak untuk menengahi," kata Ilham.
Di bagian akhir kesepakatan disebut, akan dilakukan perbaikan sekretariat HMI Cabang Makassar dalam waktu sesingkatnya.
Lalu rumah masyarakat yang rusak, siapa yang ganti?
Sumber : Tribun-timur.com
Tetapi apa yang terjadi di Makassar dua hari belakangan ini adalah salah satu fenomena yang luar biasa. Betapa mahasiswa yang dianggap memiliki tingkat intelektualitas lebih malah mempraktikkan jalan kekerasan untuk menyampaikan pendapatnya.
Ada dua hal yang sungguh menggelitik. Pertama adalah pandangan masyarakat kita yang senantiasa menyamakan antara intelektualitas dan moralitas. Sementara dua hal tersebut sebenarnya memiliki substansi berbeda.
Intelektualitas berdiri di atas ranah kognisi, sementara moralitas berada dalam tataran etika.
Sebenarnya hal ini bisa dipahami sebagai cermin yang merefleksikan dambaan masyarakat banyak terhadap sejalannya intelektualitas dan moralitas, utamanya di kalangan generasi muda. Seseorang belum tuntas tahapan intelektualitas andaikata moralnya belum terbangun sempurna.
Aksi solidaritas mahasiswa se-Makassar dipicu atas penyerangan sekretariat HMI oleh oknum anggota Densus 88 pada Rabu malam 3 Maret lalu, berujung bentrok di beberapa lokasi. Akibatnya, sejumlah kendaraan bermotor, fasilitas kepolisian dan traffic light serta inventaris HMI, mengalami kerusakan. Selain itu, arus lalu lintas di lokasi insiden sempat macet beberapa jam.
Sementara itu Pengakuan blak-blakan ini dilontarkan Kapolda Adang Rochjana, saat berdialog dengan mahasiswa di Wisma HMI Cabang Makassar Jalan Botolempangan, sore kemarin. Kapolda mengaku sangat terpukul dengan adanya pengrusakan Wisma HMI dan mengaku memang ada oknum tertentu yang ingin menjatuhkannya.
"Sejak awal saya sudah menduga, kasus penyerangan Wisma HMI Cabang Makassar ini sudah disetting untuk menjatuhkan saya. Buktinya, persoalan pribadi tapi merembet ke bentrok antara HMI dan polisi," beber Adang.
Persoalan pribadi dimaksud menurut Adang, melibatkan salah seorang mahasiswa Universitas 45, Azhary Setiawan alias Kama Cappi, 35, dengan anggota Densus 88 Anti Teror, Aiptu Sutriman. Penyebabnya, Kama Cappi diduga melontarkan kata-kata kotor terhadap Sutriman saat mengamankan aksi demonstrasi di depan kampus Universitas 45 Jalan Urip Sumoharjo.
Karena dikejar oleh Sutriman, Kama Cappi lalu berlari ke Wisma HMI. "Nah, karena mencari Kama Cappi anggota langsung masuk ke Wisma HMI. Dari sinilah kemudian timbul gesekan antara polisi dan mahasiswa," kata Adang.
Meski begitu, Kapolda berjanji menindak tegas anggotanya yang terbukti melakukan tindakan represif dengan sanksi berat berupa pemecatan. "Anggota yang terbukti menyerang Wisma HMI dan memukuli mahasiswa tentu akan diberi sanksi. Kalau perlu dipecat. Saya bersedia mengundurkan diri jika itu penyelesaiannya. Mohon maaf saya sebentar lagi pensiun tapi jangan korbankan institusi Polri,"kata Adang.ditambahkan juga bahwa pihaknya sudah menetapkan anggota polisi sebagai tersangka penyerangan sekretariat HMI, termasuk seorang anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Di Jakarta, Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri menyampaikan permohonan maat atas insiden penyerbuan Sekretariat HMI Makassar.
Dan sampai hari ini kesepakatan damai sudah tercapai antara pihak kepolisian dan mahasiswa . Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin membacakan isi kesepakatan antara semua pihak terkait dengan mengamankan Kota Makassar.
Dalam pertemuan tersebut disepakati, tidak ada lagi aksi demonstrasi soal HMI-polisi. Kemudian, semua unsur (mahasiswa, HMI, warga, polisi) bisa menahan diri
"Diharapkan keterlibatan kampus untuk mengendalikan mahasiswa di kampus. Kalaupun terjadi kerusuhan, tanggung jawab semua pihak untuk menengahi," kata Ilham.
Di bagian akhir kesepakatan disebut, akan dilakukan perbaikan sekretariat HMI Cabang Makassar dalam waktu sesingkatnya.
Lalu rumah masyarakat yang rusak, siapa yang ganti?
Sumber : Tribun-timur.com
pertamaxxx
BalasHapuskerusuhan lagi-kerusahaan lagi,,,,
Bersusah-susah dahulu.... Damai Kemudian..
BalasHapusSandainya bisa saling mengerti dan bisa saling mengalah betapa indahnya hidup ini.
Mengalah bukan berarti kalah lho....
Eh Bang Gimana Kabarnya... Maaf nich baru bisa main2 ke blog ini.
Salam sukses selalu ya....
Makasih infonya bang...
BalasHapusPadahal kekerasan, dimanapun, tak akan pernah bisa menyelesaikan masalah.
BalasHapusSelamat berakhir pekan, Bang Iwan. Maaf saya baru mampir lagi
iya nih sering banget denger makassar ribut...
BalasHapusmudah2an pihak polisi bisa mencari kebenarannya, dan semoga pihak mahasiswa juga tidak main kekerasan...
Heran sama mahasiswa-mahasiswa yang merusah fasilitas-fasilitas jalan..
BalasHapusanarkis banget..warga masyarakat yang nggak tau apa-apa jadi kena imbasnya juga..
tapi syukur deh..smua udah bisa terselesaikan...
sudsah juga sih kalo gini saya sebagai mahasiswa... karena saya gak senang bikin rusuh...
BalasHapusUntunglah, sudah kondusif situasinya sekarang bang. Semoga tidak akan terjadi lagi.
BalasHapusGimana kalo yang ganti rumah masyarakat itu adalah wakil rakyat?
BalasHapusSedih rasanya aset negara dan aset masyarakat atau organisasi jadi sasaran perusakan pada saat ada demo, demo lah secara bertanggungjawab dan berkelas! Perusakan aset butuh perbaikan dan ini butuh biaya yang besar dan uangnya dari kita juga! Mari kita demo tanpa membuat takut masyarakat dan hargailah polisi yang bertugas mengamankan suasana! Jangan korbankan diri dengan sesuatu yang tidak jelas! Salam demo untuk kebaikan negeri tanpa anarkis!
BalasHapusMari kita ciptakan lingkungan yang damai, bila demo ikutilah prosedure nya, demikian juga dengan aparat keamanan! Selamat beraktifitas semuanya, mari jaga tingkah laku kita jangan sampai merugikan orang lain!
BalasHapussalam sobat
BalasHapuswah solidaritas mahasiswa Makassar,,dengan kerusuhan begitu ya,,
saya jadi ingat kerusuhan di Jakarta dulu bang,,
prihatin sekali melihat segala macam demo atau unjuk rasa yg selalu berbuntut keonaran dan anarkis dikalangan mahasiswa yg notabene adalah termasuk kaum intelek yg terpelajar.
BalasHapusapakah ini masalah mentalitas atau moralitas, masih rancu utk didebatkan.
Yang terjadi sekarang, di negeri ini jelas belum ada tokoh yg dapat menjadi panutan bagi rakyatnya, maaf oot.
salam.
Rumah warga pasti gag dibahas lagi bahkan mungkin sengaja ditutupi sampai akhirnya warga2 itu menuntut balik kemudian rusuh lagi deh..ckckck
BalasHapussolidaritas sih solidaritas,
BalasHapustapi kalo fasilitas banyak yang rusak, apa mereka mau "solider" dan mengganti kerusakan..??
nice info...
keep posting...
-salam kenal-
ada sebab pasti ada akibat..begitu pula sebaliknya..
BalasHapusadapun sebab akibat yang baik adalah sebuah kebenaran bukan kecerobohan.
Apa pun masalahnya selalunya pake emosi...kudu disirem salju hati dan otaknya biar adem bang :)
BalasHapusSetiap kejadian anarkis pasti ada korbannya baik insprasuktur maupun dampak kunjungan wisatawan....moga aksi ini gak berlanjut lagi ya bang....
BalasHapushuhuhu... mahasiswa, di kampus saya saja mahasiswa antar universitas aja suka tawuran. emang udah hobi bagi mahasiswa untuk buat kericuhan.
BalasHapushallo....
BalasHapusaku kembali...
kemarin di purwokerto juga ada demo. mahasiswa jaman sekarang kok susah ngontrol emosi ya.....
iya emangkemarin lg ada demo di purwokerto.. tapi kalo aku aku pilih diet demo aja deh.. maksudnya ga ikut2an demo takut kena batu.. halah dasar penakut yah.. btw syukur deh kalo dr aksi demo itu bs memberikan manfaat bg org banyak.. trims bro..salam kenal
BalasHapusAduh kerusuhan lagi..., memang sekarang orang mudah sekali tersulut emosi ya..?
BalasHapusSeandainya semua permasalahan dapat diselesaikan dengan kepala dingin, pasti kerusuhan yg berakibat kerusakan itu tak akan terjadi ya..?
BalasHapusrusuh..rusuh.. mahasiswa kok kerjaannya rusuh mulu yaahh...?! bukannya mikirin kapan lulusnya, biar bagaimanapun masalah tuh ga bisa selesai dengan pake kekerasan...
BalasHapuspatut disayangkan bila suatu aksi diiringi dengan kerusuhan...
BalasHapussemoga cepet selesai kasus di sana ya
BalasHapussungguh memprihatinkan, moga cerahlah esok depan...
BalasHapusmasya allooh...
BalasHapuswah wah heboh lagi ini... kapan ya tenang bentaaar gitu
BalasHapusmay be our education has failed to produce ideal graduates.
BalasHapushiks, sedih sekalika ces liat makasar slalu isi beritanya ttg kerusuhan hiks
BalasHapussering banget denger ricuh demo di makasar kalo gak mahasiswa tawuran ya demo-demo lain, semoga jangan ada anarki lagi
BalasHapuswaduh .. sayang sekali ya.. seharusnya mahasiswa lebih 'educated' dalam menyampaikan pesannya
BalasHapussungguh sangat ironis sekali, yang satu generasi penerus dari kalangan intelektual dan disisi lain adalah pengaman dan pelayan masyarakat, entah dimana letak kesalahannya, mungkin perlu adanya perbaikan secara menyeluruh termasuk aspek moralitas.
BalasHapuspak...apa kabar????rasanya masih ingin belajar banyak tentang komputer, namun perputaran waktu tidak mampu dilawan manusia...mungkin dengan media blogger ini bapak kembali mengajarkan saya ttg blog...blognya cantik n keren pak....hormatQ
BalasHapussemoga damai selalu gaada lagi yang namanya kerusuhan
BalasHapusmahasiswa melakukan perusakan dgn alasan pembalasan atas aksi refresif polisi.....lalu bagaimana dengan perusakan mobil plat merah, pemblokiran jalan bahkan perusakan ambulance???
BalasHapus...ini terjadi sebelum aksi perusakan polisi..
..polisi memang salah...tetapi mahasiswa seakan selalu benar dan dikesankan sebagai korban saja..
kerusuhan lagi..
BalasHapusgimana sekarang mas..apakah masih bentrok
damai itu lebih indah.. hehehehe..
BalasHapus