Tak banyak yang tahu bahwa sebuah gerakan nonkekerasan sedang tumbuh di Palestina, yang telah menyatukan faksi-faksi Palestina yang berseteru, termasuk Fatah dan Hamas, dan mendorong ratusan orang Israel untuk melintas ke Tepi Barat dan Gaza untuk pertama kalinya guna bergabung dengan gerakan ini.
Sepak terjang gerakan inilah yang terekam dalam film dokumenter baru Budrus yang diproduksi oleh Just Vision, yang bermarkas di Washington dan Yerusalem. Budrus meraih juara kedua Panorama Audience Award pada Festival Film Internasional Berlin pada Februari lalu setelah pemutaran perdana yang tiketnya terjual habis. Kini film itu sedang diputar di Kanada dan akan segera dipertontonkan di Eropa.
Film ini disutradarai dan diproduseri oleh pembuat film Julia Bacha dan produksinya dibantu oleh jurnalis Palestina, Rula Salameh, serta pembuat film yang juga pejuang hak asasi manusia, Ronit Avni. Budrus memadukan pengambilan gambar dari berbagai sumber dan mewawancarai orang-orang Israel dan Palestina yang diracik dalam tontonan sepanjang 82 menit dengan dialog dalam bahasa Arab, Inggris dan Ibrani.
Film ini menceritakan gerakan nonkekerasan warga sipil Palestina dan Israel untuk menyelesaikan konflik yang lahir di Desa Budrus, yang terletak di barat laut Kota Ramallah, Tepi Barat. Pendiri gerakan ini, Ayed Morrar, mengajak para perempuan sebagai pemeran utama perjuangannya melalui kerja sama dengan putrinya, Iltezam Morrar.
Pada 2003, untuk menanggapi pembangunan tembok atau pagar pemisah yang mengambil alih sebagian lahan mereka, sang ayah dan putrinya ini memprakarsai sebuah gerakan nonkekerasan yang masih berlanjut hingga hari ini. Gerakan ini bertujuan untuk melakukan protes damai untuk mengubah rute tembok itu agar tidak melewati tanah-tanah milik orang Palestina.
Film ini menayangkan orang-orang Palestina yang menangisi pohon-pohon zaitun yang hilang, polisi perbatasan Israel yang bimbang apakah harus menggunakan kekerasan terhadap para aktivis perdamaian Israel, dan pemuda Palestina yang dihukum karena lemparan batu mereka ke tentara Israel bisa mengubah sebuah gerakan damai menjadi sebuah konfrontasi kekerasan.
Di antara adegan paling mengharukan di film itu adalah saat para perempuan Palestina yang pontang-panting menghindari buldozer dan tentara perempuan Israel yang menjalin hubungan dengan para perempuan Budrus. Meskipun film ini menayangkan cerita tentang desa itu saja, tujuan besarnya adalah untuk menunjukkan bahwa perubahan bisa dicapai di Timur Tengah melalui cara damai.
Budrus menjalani debut dunianya saat diputar pada Festival Film Internasional Dubai pada Desember 2009. Malam itu diakhiri dengan sambutan utama oleh Ratu Noor Al-Hussein dari Yordania. Ia memuji film ini dan menyatakan bahwa Budrus telah memberi banyak harapan. “Film ini punya cerita yang akan memiliki pengaruh dan bisa membantu menciptakan perubahan,” katanya.
Just Vision didirikan pada 2003 untuk memastikan bahwa para pemimpin masyarakat sipil Israel dan Palestina benar-benar menjadi mitra dalam upaya perdamaian, serta diakui, dihargai dan berpengaruh dalam bidang mereka. Budrus adalah film kedua Just Vision. Film pertamanya, Encounter Point, menceritakan kisah nyata para rakyat jelata yang menolak untuk duduk tenang dan menyaksikan konflik Israel-Palestina meluas, dan alih-alih, memilih mendorong solusi nonkekerasan terhadap konflik ini.
Budrus mungkin akan sulit untuk dinikmati oleh mereka yang secara emosional terikat dengan masyarakat Israel atau Palestina, karena film ini memperlihatkan aspek-aspek negatif dari kedua komunitas. Namun, yang menjadi bagian daya tariknya adalah bahwa film ini menantang para penonton untuk merenungkan kembali beberapa stereotipe yang mereka yakini tentang konflik Israel-Palestina. Seperti Iltezam Morrar katakan, “Kini saya tahu bahwa tidak semua orang Israel sama.”
Mudah-mudahan, sikap yang tumbuh di kalangan orang Palestina dan Israel ini juga pesan nonkekerasan Budrus akan membawa kita selangkah lebih dekat menuju penyelesaian konflik ini.
Sumber :
http://www.tempointeraktif.com
http://www.youtube.com
Sepak terjang gerakan inilah yang terekam dalam film dokumenter baru Budrus yang diproduksi oleh Just Vision, yang bermarkas di Washington dan Yerusalem. Budrus meraih juara kedua Panorama Audience Award pada Festival Film Internasional Berlin pada Februari lalu setelah pemutaran perdana yang tiketnya terjual habis. Kini film itu sedang diputar di Kanada dan akan segera dipertontonkan di Eropa.
Film ini disutradarai dan diproduseri oleh pembuat film Julia Bacha dan produksinya dibantu oleh jurnalis Palestina, Rula Salameh, serta pembuat film yang juga pejuang hak asasi manusia, Ronit Avni. Budrus memadukan pengambilan gambar dari berbagai sumber dan mewawancarai orang-orang Israel dan Palestina yang diracik dalam tontonan sepanjang 82 menit dengan dialog dalam bahasa Arab, Inggris dan Ibrani.
Film ini menceritakan gerakan nonkekerasan warga sipil Palestina dan Israel untuk menyelesaikan konflik yang lahir di Desa Budrus, yang terletak di barat laut Kota Ramallah, Tepi Barat. Pendiri gerakan ini, Ayed Morrar, mengajak para perempuan sebagai pemeran utama perjuangannya melalui kerja sama dengan putrinya, Iltezam Morrar.
Pada 2003, untuk menanggapi pembangunan tembok atau pagar pemisah yang mengambil alih sebagian lahan mereka, sang ayah dan putrinya ini memprakarsai sebuah gerakan nonkekerasan yang masih berlanjut hingga hari ini. Gerakan ini bertujuan untuk melakukan protes damai untuk mengubah rute tembok itu agar tidak melewati tanah-tanah milik orang Palestina.
Film ini menayangkan orang-orang Palestina yang menangisi pohon-pohon zaitun yang hilang, polisi perbatasan Israel yang bimbang apakah harus menggunakan kekerasan terhadap para aktivis perdamaian Israel, dan pemuda Palestina yang dihukum karena lemparan batu mereka ke tentara Israel bisa mengubah sebuah gerakan damai menjadi sebuah konfrontasi kekerasan.
Di antara adegan paling mengharukan di film itu adalah saat para perempuan Palestina yang pontang-panting menghindari buldozer dan tentara perempuan Israel yang menjalin hubungan dengan para perempuan Budrus. Meskipun film ini menayangkan cerita tentang desa itu saja, tujuan besarnya adalah untuk menunjukkan bahwa perubahan bisa dicapai di Timur Tengah melalui cara damai.
Budrus menjalani debut dunianya saat diputar pada Festival Film Internasional Dubai pada Desember 2009. Malam itu diakhiri dengan sambutan utama oleh Ratu Noor Al-Hussein dari Yordania. Ia memuji film ini dan menyatakan bahwa Budrus telah memberi banyak harapan. “Film ini punya cerita yang akan memiliki pengaruh dan bisa membantu menciptakan perubahan,” katanya.
Just Vision didirikan pada 2003 untuk memastikan bahwa para pemimpin masyarakat sipil Israel dan Palestina benar-benar menjadi mitra dalam upaya perdamaian, serta diakui, dihargai dan berpengaruh dalam bidang mereka. Budrus adalah film kedua Just Vision. Film pertamanya, Encounter Point, menceritakan kisah nyata para rakyat jelata yang menolak untuk duduk tenang dan menyaksikan konflik Israel-Palestina meluas, dan alih-alih, memilih mendorong solusi nonkekerasan terhadap konflik ini.
Budrus mungkin akan sulit untuk dinikmati oleh mereka yang secara emosional terikat dengan masyarakat Israel atau Palestina, karena film ini memperlihatkan aspek-aspek negatif dari kedua komunitas. Namun, yang menjadi bagian daya tariknya adalah bahwa film ini menantang para penonton untuk merenungkan kembali beberapa stereotipe yang mereka yakini tentang konflik Israel-Palestina. Seperti Iltezam Morrar katakan, “Kini saya tahu bahwa tidak semua orang Israel sama.”
Mudah-mudahan, sikap yang tumbuh di kalangan orang Palestina dan Israel ini juga pesan nonkekerasan Budrus akan membawa kita selangkah lebih dekat menuju penyelesaian konflik ini.
Sumber :
http://www.tempointeraktif.com
http://www.youtube.com
Benar, tidak semua orang Israel itu sama.
BalasHapusReview film yang mantap, bang.
BalasHapussaya ragu bang apakah ini bukan propaganda agar mengalihkan perhatian sementara mesin-mesin perang israel terus merangsek
BalasHapuswah seru kayaknya nih filmnya, makasih mas infonya...
BalasHapusgood review mas, jd penasaran mau nonton..
BalasHapusKelihatannya ide film ini menarik. Budrus, hm, seperti oase di padang gersang. Mudah-mudahan gerakan anti kekerasan ini mampu membantu menciptakan perdamaian disana. Selama ini kita hanya tau intifada, dan gerakan fisik yang lainnya. Selamat pagi bang Iwan.
BalasHapusSepertinya seru nih film dokumenternya, coba cari unduhannya ahh, hehehe^^
BalasHapusthanks for infonya dan salam blogger kawan :D
Nice info bang...Berjuang demi kedamaian memang perlu dari berbagai bidang, salah satunya lewat film ini
BalasHapusMelihat kenyataan, apakah ini merupakan salah satu cara 'cuci otak' yg baru gaya Israel Pak?
BalasHapusWarga negara Israil yang merasa punya hati tentunya memprotes perbuatan warganya yang biadab!
BalasHapusAward sudah saya pajang!
tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara kekerasan.
BalasHapussangat bijaksana
baru tau bang, film nya, syukurlah aku bw kesini jadi nambah satu lagi wawasanku
BalasHapusmana yah komen ku koq nggak muncul
BalasHapussebuah film yg tampaknya harus ditonton
BalasHapusMau nonton filmnya kayak gimana...
BalasHapuskayaknya bagus nih...
thx infonya pak amri!
semoga saja melalui film ini, benar2 tindakan kekerasan di palestina oleh israel, bisa dikurangi, dan akhirnya berhasil menciptakan kedamaian tanpa kekerasan,amin
BalasHapussalam
budrus..woow...seru juga ni mas..trail filmnya...inspiratif
BalasHapusMaaf pak saya masih kurang mudeng, Budrus itu orang Indonesia?
BalasHapusdisetiap sesuatu yang jelek/ buruk sisis pasti baiknya pasti ada meskipun yang terlihat cuma sedit, ada hitam ada putih, ada baik ada buruk dll
BalasHapuswah aq g bisa lihat trailernya soalnya inet q lagi lola bgt, salam sahabat coment dan follow balik y jika berkenan
BalasHapusSaya cari Bang filmnya
BalasHapusBang ..bisa di download gak filmnya ?
BalasHapusSepakat dengan Bang Munir, bisa saja ini propaganda mereka yg pro dg Israel.
BalasHapustapi sebelumnya emang udah dibilangin sama Bang Iwan, bahwa film ini sulit difahami mereka yg memiliki ikatan emosional dg bangsa Palestina... termasuk saya nih Bang... :D
Wah aku baru tau klo ada film ini, kayanya bagus tuh agar pertikaian lebih cepat selesai, soalnya kata bang Iwan ceritanya menggabungkan orang2 yg emank menolak kekerasan dari kedua belah pihak,,,,,sampe ada kata2 “Kini saya tahu bahwa tidak semua orang Israel sama.” kayanya aku jadi penasaran untuk nonton nie, soalnya kaya yg kita tau semua orang menilai ga ada orang israel yg perduli sama perdamaian di GAZA....salut atas review'y bang.......
BalasHapusmantap ni review'y kanda...
BalasHapuswaw... baca sekilas menarik banget... recommended film nih....^^
BalasHapusfilmnya bagus nih, cerita nyatanya jg bagus nih...
BalasHapusjadi pengen nonton :)
BalasHapussemoga bukan sekedar propaganda Israel...
BalasHapushehehe..
mo nntn dulu ah, kayaknya baguss..
ini diputar di 21 gak ya? kalo gak kita nonton di mana dunk?
BalasHapussmoga saja memang bisa membawa pengaruh kepada perdamaian di jalur gaza
BalasHapuspada dasarnya fitrah manusia
menginginkan perdamaian dan jauh dari sengketa
nice review Pak Iwan
:)
mantap, salam kenal ...
BalasHapussemoga saja "BUDRUS" dapat menjadi inspirasi bagi tercapainya perdamaian.
BalasHapusIjin nempelin Blog Fatamorgana di punya saya ya Bang...
BalasHapuswah seru jg ne,..
BalasHapusg da slh nya ikutan nonton ah,...
pesan nonkekerasan Budrus akan menggema di bumi ini.
BalasHapus