Kemarin saya sempat nonton suatu acara di salah satu stasiun TV swasta yang bertajuk 'Indonesia Gemilang', Kuliah umum yang digelar di Aula Timur ITB ini dihadiri lebih dari 500 orang peserta.
Tampak hadir ahli forensik digital Ruby Alamsyah, praktisi keamanan TI Budi Rahadjo, mantan Presiden Direktur IBM Indonesia Betty Alisjahbana, aktivis media sosial Enda Nasution, Pakar Telematika Roy Suryo dan Rektor ITB Ahmaloka hadir dalam barisan paling depan di kuliah umum yang diberikan oleh 5 anak Indonesia yang berhasil membuat karya luar biasa di dunia TI tersebut.
Kelima anak tersebut adalah adalah Arrival Dwi Sentosa dan Taufik Aditya Utama (pembuat antivirus Artav), Fahma Waluya Rosmansyah dan Hania Pracika Rosmansyah (pembuat game edukasi di ponsel dan komputer) serta Muhammad Yahya Harlan (pembuat SalingSapa.com).
Arrival Dwi Sentosa dan Taufik Aditya Utama (pembuat antivirus Artav), sudah saya posting beberapa waktu yang lalu, dan Muhammad Yahya Harlan (pembuat SalingSapa.com). sudah saya bahas di Blog IT saya di Metrotik.
Berikut sedikit kisah dari Fahma dan Adiknya . Fahma Waluya Rosmansyah (12) adalah anak Indonesia yang masuk jajaran pembuat "software mobile" termuda di dunia! Setidak-tidaknya saat ia dan adiknya, Hania Pracika Rosmansyah (6), memenangi lomba pembuatan "software" Asia Pacific Information and Communication Technology Award International 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia, Oktober lalu. Lomba ini diikuti 16 negara.
"Buktikan kalau kamu bisa bikin aplikasi ponsel dalam lima menit?" Tanpa banyak gerak, Fahma dan Hania berembuk, menyambut tantangan Kompas. Fahma memberikan pilihan binatang apa yang akan dibuatkan grafisnya. Seorang relawan, anak kelas I SD, meminta Fahma membuat kupu-kupu.
"Tapi kupu-kupu kan enggak ada suaranya!" kata Hania, siswa kelas I SD di Bandung.
Fahma langsung bekerja di laptopnya. Dengan software Adobe Flash, ia menggambar sebelah sayap kupu-kupu menggunakan tetikus, sayap satunya lagi tinggal menduplikasi sehingga tak lebih dari satu menit rancangan grafis kupu-kupu selesai. Fahma mewarnai kupu-kupu yang kelak bisa bergerak. Kurang dari empat menit, animasi sudah tercipta, tinggal memasukkan suara.
Hania benar, kupu-kupu tak bersuara. Namun, Fahma tak kehabisan akal, dari mulutnya keluar suara "keplek-keplek...." Suaranya lalu ia dekatkan pada laptop agar bisa terekam. "Ini bukan suara kupu-kupu, tetapi bunyi kepak sayapnya," kilah Fahma.
Ketika aplikasi itu diputar kembali, animasi berdurasi 10 detik itu muncul: seekor kupu-kupu warna-warni yang terbang mengepak-ngepakkan sayap bersuara "keplek-keplek...." Animasi yang dibuat anak Indonesia dalam waktu lima menit. Fahma, siswa kelas I SMP di Bandung ini, memenuhi janjinya.
"Biasanya Hania yang menjadi dubber, pengisi suara berbagai aplikasi untuk ponsel yang diciptakan kakaknya," kata Yusep Rosmansyah, ayah kedua kakak-adik itu, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Aplikasi lain yang dibuat Fahma tidaklah sesederhana kupu-kupu bersuara keplek-keplek. Jauh lebih rumit karena dia harus menyesuaikannya untuk aplikasi mobile yang bisa dinikmati pada ponsel.
Beberapa software yang diciptakan Fahma untuk ponsel, antara lain, Bahana (Belajar Huruf Warna Angka), DUIT (Doa Usaha Ikhlas Tawakal), Enrich (English for Children), Mantap (Matematika untuk Anak Pintar), dan Doa Anak Muslim (Prayers for Children).
"Pada saat adik saya berumur tiga tahun, ia sulit mengenali huruf. Lalu saya buatkan aplikasi sederhana di ponsel yang memungkinkan dia mengenali huruf, warna, dan angka. Soalnya, adik saya suka main-main dengan ponsel ibu," kata Fahma.
Tak aneh kalau Fahma lalu membuat aplikasi di salah satu jenis ponsel Nokia berjudul "My Mom's Mobile Phone As My Sister's Tutor" (Ponsel Ibuku untuk Belajar Adikku). Aplikasi itu ia buat dengan menggunakan Adobe Flash Lite.
Aplikasi lainnya, Enrich (English for Children), memungkinkan seorang anak lewat ponsel mempelajari bahasa Inggris dengan mudah. Fahma mengambil tokoh "kodok" berkulit hijau untuk aplikasi ini.
Ada pilihan nama binatang dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, seperti sapi untuk cow dan singa untuk lion. Ketika kata cow dimunculkan, ia akan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan terdengar suaranya.
Pada Enrich, selain binatang (animals), Fahma juga melengkapinya dengan buah-buahan (fruits), sayuran (vegetables), furnitur (furniture), dan our body (tubuh manusia). Semuanya bisa diterjemahkan secara ulang alik dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan sebaliknya, lengkap dengan gerak, tulisan, suara, dan iringan musik.
Untuk kreativitas, Fahma tidak harus diajari oleh ayah atau ibunya, Yusi Elsiano. Contohnya saat Fahma membuat games mobile DUIT, ia memasukkan musik hasil permainan gitarnya.
Demikian juga pada Enrich dan Bahana, terdapat permainan gitar dia sendiri. Selain gitar, Fahma juga les komputer kepada seorang mahasiswa ITB, salah seorang murid ayahnya yang menjadi dosen ITB.
Yusep dan Yosi memberi peluang kepada kedua anaknya untuk berkembang. Semua karya Fahma tak ada yang dikomersialkan. Bahana dan Enrich bisa diunduh gratis di Ovi Store Nokia, sedangkan aplikasi lain bisa diunduh langsung dari blog milik ibunya, Perkembangananak.com.
Fahma mulai belajar aplikasi di Power Point saat duduk di kelas IV SD. "Saya senang ngoprek dan nge-hack. Saya belajar Power Point sampai mentok sebelum belajar Adobe Flash untuk animasi," kata Fahma yang memperdalam software untuk membuat aplikasi tiga dimensi dan belajar bahasa pemrograman C++.
Di APICTA, Fahma harus bertarung dengan siswa setingkat SMA. Ia mempresentasikan konsep di hadapan juri dengan aplikasi gerak buatannya yang memungkinkan presentasinya lebih menarik dan dinamis.
"Anak-anak Indonesia tak hanya bisa bermain PS (PlayStation), tetapi juga bisa membuat games sendiri yang keren," kata Fahma tentang perlombaan yang diikutinya.
Software buatan Fahma dan Hania mengalahkan karya peserta dari negara lain dengan nilai ketat, yakni dengan karya peraih merit (runner up) SpringGrass karya Chung Hwa Middle School BSB (Brunei), Auto Temperature Descension Device by Solar Power karya Foon Yew High School (Malaysia), SimuLab karya Pamodh Chanuka Yasawardene (Sri Lanka), dan Destine Strategy karya Rayongwittayakom School (Thailand).
Pada akhir lomba, Fahma dan Hania menantang juri, sebagaimana ia menantang Kompas, mau dibuatkan animasi apa.
"Kok, anak ini berani menantang kami," kata seorang juri, sebagaimana ditirukan Yusep.
Juri meminta Fahma dan Hania membuat gajah yang bisa bergerak lengkap dengan suaranya. Permintaan ini bisa diluluskan Fahma dalam waktu lima menit. Prestasi yang mendapat sambutan hangat juri dan peserta Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) saat itu.
"Saya bilang sama juri internasional, 'I have proven!' Saya bisa buktikan bahwa anak-anak Indonesia tidak hanya bisa main games, tapi juga bisa bikin games sendiri," kata Fahma.
Atas prestasi yang "spektakuler" untuk anak-anak seusianya, Fahma dan Hania mencetak rekor baru sebagai peserta termuda yang berhasil meraih juara APICTA. Kedua kakak-adik ini juga tercatat sebagai pembuat aplikasi Nokia termuda di dunia!
"Mereka berlima telah membuka mata kita. Indonesia baru pada efisiensi ekonomi, belum knowledge. Anak-anak ini yang bisa diharapkan membantu Indonesia masuk ke tahap knowledge," pungkas Hatta Rajasa Menko Perekonomian yang juga Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB).
(Maaf) izin mengamankan PERTAMAX dulu. Boleh, kan?!
BalasHapusAnak-anak yang berbakat. Semoga pemerintah dan kita semua mau peduli pada aset ini ishengga seiring dengan beranjak dewasanya mereka, mereka tidak memudar apalagi malah bersinar di negeri orang.
wah hebat banget ya ka Fahma??
BalasHapuswow keren banget
BalasHapusluar biasa ya potensinya
harus dikembangkan nih
bakal jadi orang besar nantinyaa
hebat benar mereka..... semoga bisa di ikuti oleh anak anak muda di indonesia dan menunjukkan kepada dunia bahwa anak anak muda di indonesia juga memiliki potensi yang luar biasa
BalasHapuswih piter ya kecil-kecil :D
BalasHapusgimana nanti dewasanya yaaa
Sayapun bangga bila anak saya berprestasi
BalasHapusSemangat yah bikin anak lagi kalo melihat anak berprestasi
BalasHapusSalam hangat selalu
BalasHapusaku pernah baca beritanya di koran ttg mereka. hebat ya semuanya
BalasHapusBanyak anak Indonesia berprestasi bang... tinggal bagaimana kita mengembangkan mereka baik dari sekolah maupun orang tua.
BalasHapussiswa saya pernah menjadi juara 1, 2 ,3 lomba membuat perangkat ajar menggunakan flash sesumut.. saya yakin suatu saat mereka akan sukses bagi bangsa
prestasi harus didukung untuk menciptakan dan memulihkan nama baik negeri...
BalasHapusmari kita dukung
Sebuah prestasi yang membanggakan. Semoga potensi yang masih terpendam segera bisa ditampiljan demi kemajuan negeri ini....
BalasHapusmemang sebenarnya banyak bakat yang begitu besar di Indonesia yang mungkin tidak bisa dijumpai dinegara lain
BalasHapuswaa.. makan apa ya mereka?? duhhh pengen deh anakku besok pada pinter2 gini, ngalah2in orang gede aja nih. andai aja banyak anak indo yang pinter2 gini yaa..
BalasHapuskeren yaa..., hebat,,, mudah2an ga disia2kan ama negara ini....,
BalasHapussalam..,
calon penerus bangsa :D yah saya cuman berharap kelak nanti apabila udah gede harumkan nama bangsa indonesia didunia internasional.
BalasHapusI am newbie. Thanks for the info
BalasHapuswow,,,
BalasHapusandaekan smua jg gtu,,,
salam kenal,,,
blh tukeran link g?
sukses untuk anak-anak indonesia...sallam kenal
BalasHapusfatma and hania..
BalasHapuscool abiz wat kalian.
lanjutkan presatasimu.
seandainya saja saya bisa menciptakan sesuatu yg bisa bermanfaat untuk dunia ini... :)
BalasHapus