Kejahatan seks merupakan kendala yang tak pernah berakhir sejak seks terekspose sebagai sesuatu yang menggebrak birahi manusia di marcapada.
Getar seks yang langsung dipancarkan tanpa tedeng aling-aling oleh giurnya tubuh wanita tak ayal lagi bisa menjelmakan khayal yang bukan-bukan di benak para pria alim sekalipun, termasuk saya. Lebih-lebih lagi di benak seorang pria yang berjiwa binal.
Seks, tak ayal lagi, merupakan anugerah Allah yang tiada duanya dalam pengembangan hidup ini. Namun, andailah anugerah seks tersebut tak ditempatkan pada tempatnya yang layak, dalam arti terlampau dihambur-hamburkan melewati batas hukum-hukum Allah sendiri, maka keindahan seks itu tidak sedikit yang membuahkan tindak kejahatan.
Tindak kejahatan sebagai suatu kebrutalan nafsu dalam melampiaskan seks itu sendiri, bahkan kejahatan lain sebagai dampak dari kehausan seks yang tiada batas, sebagai dorongan berkat terlampau terbukanya berbagai ransangan seks dari sosok yang bahenol nerkom.
Atas dasar kenyataan itulah, maka Allah SWT menurunkan ayat yang berhubungan dengan penjagaan diri terhadap gejala kejahatan seks tersebut, dari mulai tata etik dalam mensyukuri nikmatnya berupa anugerah indera mata, saling mengekang nafsu birahi antarjenis (pria-wanita), hingga perintah dibatasinya ransangan-ransangan seks di muka umum yang dalam hal ini menutup ketat aurat kaum wanita terhadap tatapan lawan jenisnya yang bukan muhrim. Sesuai dengan surat An-Nur ayat 31, yang artinya:
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Diturunkan-Nya ayat ini bukanlah semata-mata karena Tuhan tidak berlaku adil terhadap kaum hawa. Justru ayat ini turun disebabkan oleh kemahaadilan Tuhan juga, yang menganugerahkan kelebihan keindahan tubuh bagi makhluk-Nya yang berjenis kelamin perempuan sambil tak lupa memberikan pedoman pemeliharaan dan penjagaan terhadap anugerah keindahan itu agar nilai keindahan yang haqiqiahnya tidak menjadi vulgar.
Tubuh wanita yang secara fisis merangsang pria itu diwajibkan ditutup (dikamuflase) dari bentuknya yang asli sehingga penampilan wanita di muka umum bukan lagi sekadar merupakan ’bulan-bulanan pandang’ yang murah meriah, melainkan lebih merupakan penampilan yang indah dan agung, yang menyuasanakan kehalusan rasa hormat antarjenis.
Dan andailah suasana jiwa yang halus dan penuh rasa hormat itu bisa dihadirkan oleh setiap wanita yang tampil di muka umum, maka wanita akan menjadi tiang keajegan moral manusia. Para wanita tidak lagi diincar guna menjadi santapan yang murah bagi keangkaramurkaan nafsu birahi pria, tetapi lebih merupakan kehadiran ’nilai’ yang mengimbangi kekosongan jiwa, yang getar indahnya meresonansi lubuk jiwa yang paling dalam dimana cikal bakal rasa kasih antar jenis pertama kali berakar dan tumbuh.
Yang memprihatinkan sekarang adalah bahwa kerudung ( jilbab ) terkadang tak lebih dari sekedar tutup kepala, atas di tutup tengah kebawah terbuka......
BalasHapussaya setuju ma pendapat abisabila...emang bener Allah menurunkan ayat itu untuk menjaga wanita tapi sekarang maknanya jadi beda..terus terang saya kecewa dengan kondisi saat ini dimana jilbab cuma dijadikan sekedar penutup kepala aja dan tak lebih dari sebuah mode...makna dari jilbab itu udah pudar..
BalasHapusjilbab bukan menjadi ukuran keimanan seseorang..bagi saya orang yang memakai jilbab itu udah membawa nama agama dan setidaknya perilaku harus bisa dijaga tapi kenyataan sekarang ini sungguh berbeda,skarang yang ada tren "tutup di atas,buka di bawah"
sungguh sangat menyedihkan :(
btw..blog primary http://rainy-fairy.blogspot.com
benar juga kata abisabila.. dari www.luragung.com
BalasHapuswwwaaaaaahhhh....
BalasHapustulisannya biru...
mesti tlaten niy bacanya...hehehe..
tapi berbobot..mantap!!!
eh...maaf...salah nulis URL
BalasHapusBagi Mell pribadi kerudung gk bisa dijadikan jaminan,bahwa perempuan itu udah baik dlm segala hal.buat apa kepala ditutupi,kalau akhlak dan hati sendiri gak dijaganya..!
BalasHapusWanita yang paling menarik adalah yang berkepribadian. yang tidak... lewat.
BalasHapusseks tidak hanya berlainan jenis. tapi juga bisa sejenis kek sodom dan gomorah.
BalasHapusaku sering ketemu perempuan berjilbab yang tidak mencerminkan hakikat jilbab yg sebenarnya.
Jilbab jadinya ga jaminan.
wanita adalah mahluk mulia
BalasHapusoleh sebab itu,janganlah kita menyakitinya,,
hehehehe
hem....jilbab,
BalasHapusinsyallah....
jangankan fisik
BalasHapussuaranya saja bisa membuat pria menggigil
heuheuehu
ouhh.. gitu yak . . hee
BalasHapusmakasih sob..
mantep artikelnya sobat
BalasHapuskeep posting yahhh prendss :61 :53
Sip pak :), setuju tuh. Kalau ada yang berjilbab kelakuannya gak bener, jangan salahkan jilbab atau agamanya tapi, lebih kepada orangnya :). Oh ya Pak, ada yang kurang tuh, QS, Al-Ahzab:59 kayaknya, perlu di sertakan juga. Wallahu'alam
BalasHapushmmm..refleks pria ketika melihat sesuatu yg menantang sangat responsif,jadi harus ada batasan bagi wanita itu sendiri dalam berpakaian
BalasHapus;P ya jadi polemik antara jilbab n orangnya. ;P
BalasHapussip postingnya
mas saya buka blog mas kok agak berat n lama yah?
http://awalsholeh.blogspot.com/2009/05/coming-soon-mold-flow.html
idem ama abisabila, jilbab ato kerudung sekarang cuma dipake bila terpaksa, misal rambutnya lagi rontok bin gundul ato apaah gitu
BalasHapuswanita memang memabukkan..
BalasHapusjgn kau khianati jilbabmu wahai para wanita.. hehe
kadang kalo ada yg berpendapat "miring" soal cewe pake jilbab , bikin saya gerah...(yg ga macm2 jadi kebawa2)
BalasHapusDuh, postingan keren, bro!
BalasHapusSepakat aja dah! Thx dah 'betah' ke partelon. salam kenal juga (saya juga follow blog in ya Bro)...
Btw, "bahenol nerkom' nih apalagi yak? :19
Selamat siang, Ternyata blog semakin menarik dan informatif :thumbsup:
BalasHapusSaya datang lagi bang iwan..
BalasHapushehe.. artikel yang bukan hanya menarik tapi bermanfaat juga.. ^^'
BalasHapusyang paling mudah sih, ingatkan ibu, istri dan saudara perempuan kita. lalu teman dan tetangga.
BalasHapussetiap wanita harus baca ini deh
BalasHapusGood posting sobat, saya telat ya nyampe ke postinngan ini. Heehe, seru juga komen-komen di atas. Memperindah kepribadian wanita itu tidak bisa dibuat, buat, hanya bisa hadir dari pribadi yang juga indah. Kalo soal jilbba, he, ini ranah yang sdh beda, bagi saya sdh masuk wilayah syar'i, bagi saya lho, orang lain silahkan berpendapat lain. Terakhir saya setuju dengan pendapat Baho, dalam banget maknanya. Sebenarnya itu ajakan bagi kita semua, krn Baho mewakili laki-laki, maka ayo para lelaki dukung tujuan mulia Setiawan. Mari kita bantu wanita memperindah kepribadiannya denga cara menghormatinya. Karena ibu, istri, saudara, teman, tetanga kita juga perempuan/wanita. Mantap tenan Baho.
BalasHapusKejahatan terjadi bukan hanya ada niat pelaku, tapi juga karena adanya kesempatan.
BalasHapusTapi kesempatan bukan dalil tuk membenarkan kan..?? Selain wanita harus menjaga diri, Laki2 pun harus jaga mata dan jaga hati....
duh kerasa nih yg jadi perempuan
BalasHapusmakasih banyak pak atas pencerahan dan nasehatnya
saya juga terus belajar untuk jadi perempuan yg baik. Amin