Televisi adalah salah satu media hiburan dan informasi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kita. Kemampuan audiovisual telah membuat televisi unggul dibanding dengan media informasi lainnya. Namun kita perlu khawatir berkenaan dengan dampak negatif televisi. Melalui acara-acara yang miskin akan unsur edukatif, nilai-nilai buruk yang jauh dari standar moralitas dapat tertanam pada diri para pemirsa.
Berkaitan dengan hal tersebut anak-anak merupakan kelompok paling rentan terkena pengaruh hal-hal buruk yang ditonjolkan melalui tayangan-tayangan televisi.
Para industrialis media televisi rupanya meyakini bahwa sebagian besar penonton televisi di Indonesia adalah insan yang haus akan berita dan sekaligus hiburan. Maka lahirlah sebuah genre jurnalisme televisi yang bertitel jurnalisme infotainment. Gaya pemberitaan ini merupakan paduan antara informasi dan hiburan yang terbukti ampuh untuk merebut hati para pemirsanya.
Infotainment merupakan paduan dua kata, yaitu informasi dan entertainment . Asumsi di balik kata ini adalah apa yang ditawarkan ke publik tidak sekadar informasi, tapi sedapat mungkin bisa menghibur. Bahkan aspek hiburan sering dikedepankan daripada tujuan dari informasi itu sendiri. Apa yang dikedepankan dari infotainment adalah sisi sensasional sebuah tayangan bukan kedalaman informasi, edukasi, dan kepentingan publik.
Infotainment kini telah berkembang menjadi semacam obat pelipur lara bagi pemirsa ditengah-tengah sebagian acara televisi yang mencekam bak horror karena dipenuhi tayangan berbau setan dan sepak terjang pelaku kriminal yang memiriskan hati, sorak tangis anak muda dan pendukungnya yang bernafsu menjadi bintang, berita bencana yang terjadi di mana-mana dan tingkah polah partai, politisi dan pemerintah yang bikin dahi berkenyit.
Penonton rupanya juga mulai bosan dengan tayangan sinetron yang sering tidak masuk akal jalan ceritanya, mengobrak-abrik perasaan tanpa logika dan hanya berputar-putar pada masalah itu-itu saja demi memperpanjang episode untuk meraup uang dari pemasang iklan.
Dengan teknik investigasi yang gigih, serius, tak kenal lelah bahkan seperti bisa menandingi para agen rahasia dan investigasi berita politik, infotainment mampu menghadirkan narasi, gambar dan dramatisasi yang memenuhi kebutuhan pemirsanya. Lihat saja bagaimana awak infotainment begitu all out berjuang untuk memenuhi rasa penasaran pemirsa atas gonjang-ganjing kehidupan asmara para selebriti. Mereka tahan berhari-hari duduk menunggu datangnya konfirmasi, rela memanjat pagar dan berhadapan dengan garangnya bodyguards demi mendapat gambar terbaik, bahkan orang-orang yang selama ini tidak termasuk dalam daftar sumber berita juga diwawancarai dengan serius.
Diam-diam atau sembunyi-sembunyi mengamati aktivitas orang lain adalah naluri dasar yang tersembunyi dalam diri manusia. Hasil jibaku awak infotaninment yang tak kenal lelah yang disiarkan layaknya siklus program berita dari pagi, siang, sore, petang dan malam hari mampu menyediakan bahan untuk memelihara naluri dasar tadi. Harus diakui model investigasi jurnalisme infotainment yang masih berumur muda ini telah menghasilkan berita-berita yang mencenggangkan.
Skandal-skandal yang dalam tersembunyi mampu mereka bongkar dan tak mungkin disangkal lagi. Jika saja diarena tinju mereka nampaknya telah memukul KO kerja-kerja aparat penegak hukum dalam membongkar skandal korupsi di negeri ini. Lewat kerja awak infotainment kita bisa mengintip perilaku dua insan berlainan jenis di sebuah kamar hotel. Dan gambar berdurasi tidak lebih dari satu setengah menit itu ternyata mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar dari ribuan demonstran, karena tanpa orasi yang berkepanjang ternyata berhasil mencabut tahta anggota DPR RI dari kursi empuknya.
Ditinjau dari sisi tingkat budaya yang dipraktekkan, pada dasarnya sebagian besar masyarakat kita masih berada dalam tataran budaya oral. Maka model jurnalisme yang lazim dipraktekkan di Indonesia adalah jurnalisme omongan (Talk Journalism). Infotainment berangkat dari watak fundamental ini dengan menghadirnya pada ruang kehidupan masyarakat sehari-hari. Berita infotainment menjadi lebih kuat dari bius sinema (film bioskop) karena tidak memaksa pemirsa duduk diam dalam ruang gelap yang mengarahkan mata secara tunggal pada layar.
Interaksi akan semakin menjadi lebih nyata karena pada umumnya tayangan gosip juga memberi ruang komunikasi. Tidak sekedar suara tetapi juga gambar nyata, sebab seseorang siapapun dia bisa punya kesempatan untuk ’masuk TV’ jika mempunyai informasi yang valid berkaitan dengan issue yang sedang dibahas. Infotainment telah menghadirkan ruang bagi keasyikan mulut untuk membicarakan orang lain yang bebas dari ruang bisik-bisik. Maka kini di negara yang katanya dipenuhi dengan adat ketimuran yang oleh karenanya membicarakan urusan orang lain dianggap sebagai tidak sopan ternyata tidak demikian adanya.
Informasi bergambar dan bersuara yang hadir lewat televisi kita umumnya menyajikan gambaran ektrimitas. Pada satu sisi banyak tayangan yang hadir menyajikan mimpi yang melambung namun disisi lain banyak juga yang memiriskan hati lewat sajian berbagai macam derita lewat kabar bencana, kekerasan, kejahatan keji, ketidakpastian hukum, carut marut politik, ketidakmampuan pemerintah mengendalikan harga kebutuhan pokok dan deretan frustasi lainnya yang terkuat lewat demonstrasi di sana-sini.
Refleksi kehidupan nyata selebritis yang merupakan bintang pujaan, tokoh idola dan anutan yang ternyata hidupnya tidak mulus paling tidak hadir sebagai pelipur lara bagi para pemirsanya. Wajarlah jika kita sebagai masyarakat katrok dan ndeso ini sulit hidupnya sebab ternyata selebritipun demikian adanya. Infotainment hadir bak ’obat penenang’ bagi masyarakat lewat kehadiran pernak-pernik kehidupan selebriti yang ternyata mirip dengan ’derita sosial’ masyarakat biasa.
Dan kini adalah tugas para selibriti dari dunia politik dan pemerintahan untuk berolah pikir dan kebijakan guna menghasilkan ’obat penyembuh’ yang sesungguhnya bagi segenap penderitaan sosial masyarakatnya.
Pada tahun 2006, infotainment pernah diharamkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebab aspek negatifnya lebih banyak daripada positifnya. Infotainment tidak lebih dari sekadar tayangan yang mempergunjingkan privasi orang lain yang sama sekali tidak berkaitan dengan kepentingan publik. Tentu ini melabrak nilai-nilai agama.
Kini, banyak teman-teman menulis dan melontarkan pertanyaan yang paling mendasar, " layakkah pekerja infotainment itu disebut wartawan? " Apakah karena mereka telah melakukan kerja-kerja jurnalistik, wawancara, pengungkapan fakta, atau proses peliputan, sehingga mereka juga pantas menyandang profesi wartawan? Ataukah mereka justru melanggar kode etik profesi wartawan?
Jika Luna Maya meluapkan emosinya dengan mengatakan "infotainment derajatnya lebih hina dari pelacur", maka kita cukup mengganti channel TV yang menayangkan infotainment dengan berita tentang dana talangan Bank Century yang bernilai Rp 6,7 triliun itu. Kalaupun tidak, cukup matikan TV anda!
Berkaitan dengan hal tersebut anak-anak merupakan kelompok paling rentan terkena pengaruh hal-hal buruk yang ditonjolkan melalui tayangan-tayangan televisi.
Para industrialis media televisi rupanya meyakini bahwa sebagian besar penonton televisi di Indonesia adalah insan yang haus akan berita dan sekaligus hiburan. Maka lahirlah sebuah genre jurnalisme televisi yang bertitel jurnalisme infotainment. Gaya pemberitaan ini merupakan paduan antara informasi dan hiburan yang terbukti ampuh untuk merebut hati para pemirsanya.
Infotainment merupakan paduan dua kata, yaitu informasi dan entertainment . Asumsi di balik kata ini adalah apa yang ditawarkan ke publik tidak sekadar informasi, tapi sedapat mungkin bisa menghibur. Bahkan aspek hiburan sering dikedepankan daripada tujuan dari informasi itu sendiri. Apa yang dikedepankan dari infotainment adalah sisi sensasional sebuah tayangan bukan kedalaman informasi, edukasi, dan kepentingan publik.
Infotainment kini telah berkembang menjadi semacam obat pelipur lara bagi pemirsa ditengah-tengah sebagian acara televisi yang mencekam bak horror karena dipenuhi tayangan berbau setan dan sepak terjang pelaku kriminal yang memiriskan hati, sorak tangis anak muda dan pendukungnya yang bernafsu menjadi bintang, berita bencana yang terjadi di mana-mana dan tingkah polah partai, politisi dan pemerintah yang bikin dahi berkenyit.
Penonton rupanya juga mulai bosan dengan tayangan sinetron yang sering tidak masuk akal jalan ceritanya, mengobrak-abrik perasaan tanpa logika dan hanya berputar-putar pada masalah itu-itu saja demi memperpanjang episode untuk meraup uang dari pemasang iklan.
Dengan teknik investigasi yang gigih, serius, tak kenal lelah bahkan seperti bisa menandingi para agen rahasia dan investigasi berita politik, infotainment mampu menghadirkan narasi, gambar dan dramatisasi yang memenuhi kebutuhan pemirsanya. Lihat saja bagaimana awak infotainment begitu all out berjuang untuk memenuhi rasa penasaran pemirsa atas gonjang-ganjing kehidupan asmara para selebriti. Mereka tahan berhari-hari duduk menunggu datangnya konfirmasi, rela memanjat pagar dan berhadapan dengan garangnya bodyguards demi mendapat gambar terbaik, bahkan orang-orang yang selama ini tidak termasuk dalam daftar sumber berita juga diwawancarai dengan serius.
Diam-diam atau sembunyi-sembunyi mengamati aktivitas orang lain adalah naluri dasar yang tersembunyi dalam diri manusia. Hasil jibaku awak infotaninment yang tak kenal lelah yang disiarkan layaknya siklus program berita dari pagi, siang, sore, petang dan malam hari mampu menyediakan bahan untuk memelihara naluri dasar tadi. Harus diakui model investigasi jurnalisme infotainment yang masih berumur muda ini telah menghasilkan berita-berita yang mencenggangkan.
Skandal-skandal yang dalam tersembunyi mampu mereka bongkar dan tak mungkin disangkal lagi. Jika saja diarena tinju mereka nampaknya telah memukul KO kerja-kerja aparat penegak hukum dalam membongkar skandal korupsi di negeri ini. Lewat kerja awak infotainment kita bisa mengintip perilaku dua insan berlainan jenis di sebuah kamar hotel. Dan gambar berdurasi tidak lebih dari satu setengah menit itu ternyata mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar dari ribuan demonstran, karena tanpa orasi yang berkepanjang ternyata berhasil mencabut tahta anggota DPR RI dari kursi empuknya.
Ditinjau dari sisi tingkat budaya yang dipraktekkan, pada dasarnya sebagian besar masyarakat kita masih berada dalam tataran budaya oral. Maka model jurnalisme yang lazim dipraktekkan di Indonesia adalah jurnalisme omongan (Talk Journalism). Infotainment berangkat dari watak fundamental ini dengan menghadirnya pada ruang kehidupan masyarakat sehari-hari. Berita infotainment menjadi lebih kuat dari bius sinema (film bioskop) karena tidak memaksa pemirsa duduk diam dalam ruang gelap yang mengarahkan mata secara tunggal pada layar.
Interaksi akan semakin menjadi lebih nyata karena pada umumnya tayangan gosip juga memberi ruang komunikasi. Tidak sekedar suara tetapi juga gambar nyata, sebab seseorang siapapun dia bisa punya kesempatan untuk ’masuk TV’ jika mempunyai informasi yang valid berkaitan dengan issue yang sedang dibahas. Infotainment telah menghadirkan ruang bagi keasyikan mulut untuk membicarakan orang lain yang bebas dari ruang bisik-bisik. Maka kini di negara yang katanya dipenuhi dengan adat ketimuran yang oleh karenanya membicarakan urusan orang lain dianggap sebagai tidak sopan ternyata tidak demikian adanya.
Informasi bergambar dan bersuara yang hadir lewat televisi kita umumnya menyajikan gambaran ektrimitas. Pada satu sisi banyak tayangan yang hadir menyajikan mimpi yang melambung namun disisi lain banyak juga yang memiriskan hati lewat sajian berbagai macam derita lewat kabar bencana, kekerasan, kejahatan keji, ketidakpastian hukum, carut marut politik, ketidakmampuan pemerintah mengendalikan harga kebutuhan pokok dan deretan frustasi lainnya yang terkuat lewat demonstrasi di sana-sini.
Refleksi kehidupan nyata selebritis yang merupakan bintang pujaan, tokoh idola dan anutan yang ternyata hidupnya tidak mulus paling tidak hadir sebagai pelipur lara bagi para pemirsanya. Wajarlah jika kita sebagai masyarakat katrok dan ndeso ini sulit hidupnya sebab ternyata selebritipun demikian adanya. Infotainment hadir bak ’obat penenang’ bagi masyarakat lewat kehadiran pernak-pernik kehidupan selebriti yang ternyata mirip dengan ’derita sosial’ masyarakat biasa.
Dan kini adalah tugas para selibriti dari dunia politik dan pemerintahan untuk berolah pikir dan kebijakan guna menghasilkan ’obat penyembuh’ yang sesungguhnya bagi segenap penderitaan sosial masyarakatnya.
Pada tahun 2006, infotainment pernah diharamkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebab aspek negatifnya lebih banyak daripada positifnya. Infotainment tidak lebih dari sekadar tayangan yang mempergunjingkan privasi orang lain yang sama sekali tidak berkaitan dengan kepentingan publik. Tentu ini melabrak nilai-nilai agama.
Kini, banyak teman-teman menulis dan melontarkan pertanyaan yang paling mendasar, " layakkah pekerja infotainment itu disebut wartawan? " Apakah karena mereka telah melakukan kerja-kerja jurnalistik, wawancara, pengungkapan fakta, atau proses peliputan, sehingga mereka juga pantas menyandang profesi wartawan? Ataukah mereka justru melanggar kode etik profesi wartawan?
Jika Luna Maya meluapkan emosinya dengan mengatakan "infotainment derajatnya lebih hina dari pelacur", maka kita cukup mengganti channel TV yang menayangkan infotainment dengan berita tentang dana talangan Bank Century yang bernilai Rp 6,7 triliun itu. Kalaupun tidak, cukup matikan TV anda!
infotainment juga bahasnya gitu melulu
BalasHapusacara olahraga ato bolang pokoknya berbau dengan alam it's my choice aja
wah mantab bang infonya ... lanjutkan
BalasHapusPertamaxxxx
BalasHapushehehe
matikan TIVI anda...setuju...
media itu pisau bermata dua. karena sudah jadi industri, permintaan dan penawaran jadi kuncinya. tapi memang perlu kontrol dari instansi terkait karena tidak semua memiliki self control yg baik..
BalasHapusantara harapan dan kenyataan memang berhubungan dekat..sama dengan antara proyeksi dan realisasi. harapan muncul karena ada kenyataan,tinggal bagaimana agar seiring sejalan dan sinkron.
BalasHapuskemarin ad debatnya di tv one, aku juga ganti chanel kok. aku malas nonton orang debat soal itu
BalasHapusbenar mas,kadang2 nonton TV aku malah males,...sinetronya? aneh2...politiknya? debattt gak jelas trus ahh,infotainmentnya? membongkar aib orag trus...cape ahhh,...
BalasHapusopininya sangat menarik kang.
BalasHapusBerkunjung kembali setelah menghilang naik gunung ntuk beberapa hari.
Infotainment, saya jarang nonton bang. Setuju, daripada pusing, ganti channel, atau matikan tv, atau buka blog saja, hehe. Aman kan. Nice sharing.
BalasHapusBismillahi .... semoga yang ini bisa koment
BalasHapusBismillah ... semoga bisa masuk komentarku ...
BalasHapusAlhamdulillah ... akhirnya.
BalasHapusMaaf bang Iwan, saya sebetulnya sering mampir dan kasi koment, cuma inet lemot jadi ngilang lagi tuh tulisan.
Soal Infotainment, pilih kelir acak corak, Kalo berita udah ngelantur, ganti channel, atau matiin TV.
setuju kanda nggak tahu pingin ngomong apa pokoke mantappp tenangggg
BalasHapusudah saya matiin ganti nonton film kartun :D
BalasHapuswah blognya keren ya, berkunjung ke blog sekeren ini bisa membuat barajakom
BalasHapusikutan keren, aku numpang keren ya sob, makasi...
Setuju dengan yang komen diatas! daripada nonton yang kurang dimengerti dan nggak karuan, mending ngebuka blog... hehehe
BalasHapusHehehe.. iya,kok bisa samaan ya Pak. Tapi lebih komplit. Setuju dengan matikan TV anda..
BalasHapussetuju pak, cukup ganti channel saja :)
BalasHapusnggak usah ditonton bos
BalasHapusSudah lama saya tidak lihat TV, bosan acaranya semakin tidak menarik!
BalasHapusada info baru dari gus ikhwan, soal seo dan tips blogging datang ya
BalasHapusInfotaiment... kadang benci kadang suka... tapi lebih banyak bencinya.,
BalasHapusTV... kadang benci kadang suka, benci karena sinetron tidak jelas suka karena ada acara sejenis kick andy atay oprah.
Saya suka nonton infotainment bang, maklum..artis gitu lho../
BalasHapuskan calon miss uneverse 2010..
ha..ha
mendingan nonton yang bermanfaat (banyak kok ditv),dan juga tv juga tempat untuk hiburan kan bukan utuk nonton sinetron lalu sewot hehehe nice post sahabat
BalasHapusEMng terkadang inpotement berlebihan kalo bikin berita yg g bener...
BalasHapustp klo misal g ad bisa2 dunia perfilman bakal sepi...
salam sejahtera
BalasHapusmohon izin amankan yang ke-26
salam sejahtera
BalasHapusjudulnya menarik
dan saya setuju dengan perkataan bahwa kasus Bank Century lebih menarik disimak ketimbang kasus selebrity
infotaiment itu sebenarnya juga menjatuhakn nama baik artis. masa kejelekan orang di umbar...
BalasHapusAlhamdulillah kami sekeluarga jarang menonton televisi.
BalasHapusKalaupun nonton biasanya sekeluarga sambil kumpul-kumpul cari hiburan. Tapi lebih banyak ngumpul sambil cerita tentang kesibukan dan perkembangan visi masing-masing.
Pemikiran anak sekarang lebih dewasa daripada usia sebenarnya, ini karena all media terutama tayangan TV yang hanya mementingkan bisnisnya!
BalasHapusini salah satu alesan aku jadi maleeess banget nonton tipi sekarang,, acaranya minim yang berkualitas,, kalo ga sinetron yah kebanyakan infotainment,, capeeee deehhh :p
BalasHapusgmn ya?terkadang infotainment telah merampas hak hidup sebagian orang khususnya obyek berita.....infotainment terlalu mencampuri urusan pribadi orang-orang tertentu dan menjualnya kepada publik...namun ironisnya sang obyek berita tidak mendapatkan royalti....dalam beberapa kasus yang tadinya keluarganya aman-aman saja.....setelah di gosipkan oleh infotainment yang mendengar berita BELUM TENTU BENAR tersebut maka keluarga itu jadi berantakan, karena yang di jual oleh infotainment adalah sensasi...maka terkadang mereka memberitakan sesuatu yang fiktif demi naiknya rating suatu acara....
BalasHapuslantas di mana hak asasi untuk memiliki kehidupan personal dari para obyek berita tersebut? HILANG....hilang karena kepentingan sebagian orang yang ingin acaranya di minati dan memiliki rating tinggi.....
kadang saya kasihan ma para obyek tersebut,,,,hanya jalan-jalan biasa bersama temen...eh di bilang pacaran...ga sengaja ketemu dalam sebuah pesta...eh di bilang selingkuh...lantas apa sebutan yang paling pas untuk para pencuri dan penghancur kehidupan pribadi seseorang ini?
memang benar..obyek mereka adalah publik figur yang hampir seluruh kehidupanya untuk konsumsi publik...tapi mbok ya ada batasanya dikit....masa dari makan,minum, hobby, tempat rekreasi vaforit sampai pada SEX....hrus di beritakan pada publik.....terus di mana letak privasi? mereka juga manusia biasa.....
ya inilah bang aspirasi saya pada infotainment bila suatu hari nanti saya jadi artis...hahahaha
Memang kadang infotainment itu keterlaluan, sudah mulai berani mengorek ngorek masalah pribadi segala, makanya Luna Maya sampai gerah
BalasHapusBang... makasih ya buat komentarnya yg luar biasa banyak. Maaf saya belum bisa bales, dng segala keterbatasan yg saya miliki, kadang internet ngadat dan hanya komen serta bw pakai HP
BalasHapus:lol: :lol: :lol: :lol: :lol:
BalasHapusRAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fuuullllllllllllllllllllllllllllllll
:lol: :lol: :lol: :lol: :lol:
BalasHapusSalam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fuuullllllllllllllllllllllllllllllll
Pihak yg marah berarti merasa bahwa mereka mirip dengan PELACUR dunk yah? klo gak ngerasa kan stay cool aja.. hehehe
BalasHapussalam hangat,...
BalasHapusTv adalah sebuah media yang merata dipunyai masyarakat, sudah sepantasnya pihak penyiaran stasiun tv lebih men 'Timur ' kan lah isi dari penyiarannya, liatlah sekarang, banyak adik2 kita yg dewasa sebelum waktunya dan bergaya yg aneh2, gak taulah mau bilang gimana lagi. tp itu kenyataan
http://buraqmanari.wordpress.com/2009/12/28/tragis-setelah-ditabrak-korban-dibiarkan-tergeletak/
Lupa esensinya? maybe..
BalasHapusDaku manusia yang ga suka infotainment, sinetron, dll sbaginya. nonton tipi cm bwt nonton kartun & pilm yang daku butuh n suka.
BalasHapusTp Kadang2 jg nonton berita walau ga mudeng2 banget. hehehe
Aku cuma mau bilang, kalo aku dah ga pernah nonton TV lagi kecuali kalo ada liputan menarik di MetroTV atau film box office atau balapan F1. Aku rasa membaca buku jauh lbh enjoy dan lebih bebas mengumbar imajinasi dan pikiran ketimbang kotak kaca yg namanya televisi...
BalasHapusyang paling nonton berita olahraga.....jelas faktanya....
BalasHapuskita harus pandai memilahnya buat kebaikan kita sendiri.
BalasHapustayangan wisata alam atau yang mengeksplorasi keindahan alam harusnya diperbanyak, karena banyak yang belum diketahui masyarakat luas.
BalasHapuswaktu di INDONESIA seringnya nonton berita aja pastinya liputan6.katakan tidak pada infotainment karena hanya menampilkan aib orang aja.cari sensasi untuk menaikan ketenaran sesaat.begitupun dengan sinetronnya yg kebanyakan hanya menitik beratkan pd kekayaan,kesombongan,kekuasaan,penindasan terhadap orang miskin.padahal kehidupan di sekitarnya masih tak merata.bayangin aja anak orang yg gak mampu liat sinetron gitu jadinya angan2nya melayang tinggi.sehingga memaksakan yg seharusnya tidak mereka pinta....di sini orang tua akan merasa susah.
BalasHapusjadi ingat komen nya temen2 kerjaku orang malaysia kenapa sinetron indonesia terlalu wahhh ini akan berdampak terhadap pisikologi anak sebagai penerus bangsa.baiknya atur jadwal menonton TV, pilih acara yg akan menambah wawasan minda.
bang kumiisss
BalasHapushohooho....udh lama gk kesini deh, apa kabarnyaahhhh...pasti baik2 saja kan...
ttg tipi? klo gak suka infonya matiin aja bang aahahaha...
Acara Sepakbola yang tidak bisa aku tinggalkan, hobi banget!
BalasHapusmending emang nonton sepakbola atau film-film yang bermutu aja bang... hiburan dapet, edukasi juga dapet...
BalasHapusAku mending matiin TV yah....
BalasHapusLalu belajar.....
salam kenal sobat :)
BalasHapustelevisi lihat berita saja sinetronnya banyak yang kurang mendidik buat anak2... parah
waow....
BalasHapusulasan yang keren abis Om, aku ngga pernah nonton tivi apa lagi infotaiment, wartawan.. apakah mereka juga harus disalahkan,.. entahlah !!
emang tivi hampir g ada gunanya. mending blogging aja :-)
BalasHapusjadi infotainment itu mengorek berita orang lain buat dijadikan hiburan,hmm g banget deh..infotainment lama lama tambah gak karuan, kadang bahas si ini si itu si a si b kadang tuyul pun di bahas ampun deh..Blogging aja deh
BalasHapussetuju bang..saya juga ga suka nonton infotainment, semua jadi terlihat berlebihan...!! Untuk Luna Maya? saya juga ga terlalu simpati karena saya pikir luapan emosi seperti itu juga ga terlalu baik untuk dipaparkan di media publik, nice post!
BalasHapusliburan kemana bang? salam bt anak2..:)
met siang, sudah siapkah menyambut tahun baru?
BalasHapuskadang harapan juga g sesuai dg kenyataan, dan kenyataanpun kadang g sesuai dengan harapan
BalasHapusiya sob..namanya nyari sandang pangan..jadi jalan apa aja ditempuh..na'udzubillah deh
BalasHapusmaleslah nonton infotainment.. pembicarraannya ndak ada guna.. cuma membicarakan orang lain saja..
BalasHapuspadahal masih banyak yg lebih penting dari itu.
artikel yang bagus
BalasHapusbagus banget nih
BalasHapusIlmu yang sangat Hebat, boleh dicoba Artikel dan Tipsnya. Semoga berhasil
BalasHapusbisa di coba tipsnya
BalasHapusAmazing artikel…. Semoga saya bisa praktekan tipsnya dan berhasil
BalasHapusbisa di coba tipsnya
BalasHapus