Kemarin sore speedy kembali trouble, saya dan si Bungsu berniat refreshing untuk mancing,….. kebiasaan yang sudah sangat jarang saya lakukan sejak aktif ngeblog. Sebelum berangkat, kami tak lupa mampir di rumah Pak RT buat ngambil cacing tanah yang memang khusus dibudidayakan disana.
30 ekor cacing tanah segar berwarna merah masuk di kantong keresek si Bungsu, secara tidak sengaja ada satu ekor yang nyosor keluar dan jatuh tepat di ubin putih teras rumah pak RT. Si Bungsu ternyata tidak langsung memungutnya, malah asyik memperhatikan cacing tersebut meliuk-liuk meninggalkan lantai mencari tempatnya semula.
Peristiwa di atas hanyalah salah satu contoh yang dapat menjadi pelajaran bahwa cacing memiliki karakter tertentu yang lebih cocok di tempat yang lembab dan gelap. Ia merasa tidak nyaman tinggal di lantai yang bersih dan mengkilap karena memang tidak sesuai dengan karakter dirinya.
Sebuah perumpamaan lain, jika kita ditawari makan siang dengan menu Nasi dan Ikan goreng atau menu rumput segar!, Tampaknya kita semua akan memilih menu pertama. Tetapi bagaimana jika menu yang sama diberikan kepada seekor sapi? Tentunya sapi lebih memilih rumput segar dari pada nasi dan ikan goreng.
Lagi-lagi sapi memiliki karakter yang lebih cocok makan rumput dari pada lauk ikan, berbeda dengan karakter manusia.
Manusia memiliki karakter yang unik. Kita sama-sama sebagai manusia, tetapi masing-masing memiliki karakter yang berbeda bahkan kadang saling bertentangan.
Generasi muda sekarang umumnya menyukai musik rock, sedangkan para orang tua pusing mendengar music rock. Para preman jalanan gemar taruhan judi, sedangkan orang-orang suci sama sekali tak berminat, dan masih banyak contoh yang lain.
Meskipun suatu karakter tertentu telah menjadi milik seorang, namun karakter tersebut masih bisa diubah. Sebagaimana pendapat Aristoteles, karakter kita dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan kita. Kita adalah apa yang kita kerjakan secara berulang-ulang. Oleh karena itu, keunggulan pada dasarnya bukanlah suatu perbuatan namun suatu kebiasaan.
Jadi kalau kita membiasakan diri untuk jujur, maka jujur akan menjadi karakter kita. Sebaliknya, orang yang biasa berdusta maka dusta itu menjadi karakternya.
Jadi marilah bersama menabur kebiasaan untuk menuai karakter.
30 ekor cacing tanah segar berwarna merah masuk di kantong keresek si Bungsu, secara tidak sengaja ada satu ekor yang nyosor keluar dan jatuh tepat di ubin putih teras rumah pak RT. Si Bungsu ternyata tidak langsung memungutnya, malah asyik memperhatikan cacing tersebut meliuk-liuk meninggalkan lantai mencari tempatnya semula.
Peristiwa di atas hanyalah salah satu contoh yang dapat menjadi pelajaran bahwa cacing memiliki karakter tertentu yang lebih cocok di tempat yang lembab dan gelap. Ia merasa tidak nyaman tinggal di lantai yang bersih dan mengkilap karena memang tidak sesuai dengan karakter dirinya.
Sebuah perumpamaan lain, jika kita ditawari makan siang dengan menu Nasi dan Ikan goreng atau menu rumput segar!, Tampaknya kita semua akan memilih menu pertama. Tetapi bagaimana jika menu yang sama diberikan kepada seekor sapi? Tentunya sapi lebih memilih rumput segar dari pada nasi dan ikan goreng.
Lagi-lagi sapi memiliki karakter yang lebih cocok makan rumput dari pada lauk ikan, berbeda dengan karakter manusia.
Manusia memiliki karakter yang unik. Kita sama-sama sebagai manusia, tetapi masing-masing memiliki karakter yang berbeda bahkan kadang saling bertentangan.
Generasi muda sekarang umumnya menyukai musik rock, sedangkan para orang tua pusing mendengar music rock. Para preman jalanan gemar taruhan judi, sedangkan orang-orang suci sama sekali tak berminat, dan masih banyak contoh yang lain.
Meskipun suatu karakter tertentu telah menjadi milik seorang, namun karakter tersebut masih bisa diubah. Sebagaimana pendapat Aristoteles, karakter kita dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan kita. Kita adalah apa yang kita kerjakan secara berulang-ulang. Oleh karena itu, keunggulan pada dasarnya bukanlah suatu perbuatan namun suatu kebiasaan.
Jadi kalau kita membiasakan diri untuk jujur, maka jujur akan menjadi karakter kita. Sebaliknya, orang yang biasa berdusta maka dusta itu menjadi karakternya.
Jadi marilah bersama menabur kebiasaan untuk menuai karakter.
Jadi untuk membentuk karakter seseorang lingkungan tempat tinggal itu penting
BalasHapusseperti kata pepatah ala bisa karena biasa. Btw tolong baca tulisan saya Fatamorgana bukab fatamorgana.
BalasHapustumben bisa jadi yang ketiga.
BalasHapussaya setuju banget Om.
seperti juga pepatah bilang: laksana pisau, gag diasah maka gag akan tajam.
(gag nyambung y)hehe.
cm iseng aja Om.
setuju bang nice post
BalasHapussalam kenal
Tepat sekali, trims telah berbagi artikel ini~! Dengan selalu berpikir positif hidup kita jadi positif pula! Selamat beraktifitas!
BalasHapusWah mau mancing saja bisa jadi inspirasi untuk memberikan motivasi yaa...
BalasHapusterus mancingnya hasilnya gimana?
wow.., artikelnya keren kang..
BalasHapusdari penglihatan ke hati.., dari hati ke pikiran.., dari pikiran ketulisan blog...
sangat menginspirasi..., salamnya...
saya coba untuk belajar menjadi jujur.. amin...
ceritanya inspiratif nih..
BalasHapusthx kang.. :)
yab,semoga kita bisa ya pak.
BalasHapusJadi karakter itu terbentuk dari kebiasaan ya pak ?
BalasHapuskalau aq g tau kenapa suka bgt ama dunia komputer, padahal semua keluarga q ga ada yg berkecimpung d dunia komputer, inisiatif aq belajar komputer tiba2 muncul dari aq mulai kelas 2 tsnawiyah
BalasHapusMaksudnya, menuai untuk saling memahami karakter kan bang. Siiip. Manusia adalah mahluk unik, dalam perbedaan terdapat mosaik keragaman, itulah letak indahnya.
BalasHapusArtikelnya kerenn..
BalasHapussmoga aja kita semua bisa memiliki karakter yang baikk...
Aminnn... :D
setuju mas, apalagi buat sibungsu panutan yg terbaik adalah orang tuanya sendiri...
BalasHapusLifestyle Inspiration
brbicara mngenai karakter ne..
BalasHapusmudah2an karakter ku slalu positif
dan berusaha utk mjd yg trbaik
salam kenal mas (blogger newbie)
benar pak, analoginya mungkin seperti ini: kebiasaan -> karakter -> nasib
BalasHapuskebiasaan2 yg kita lakukan di saat ini bisa mempengaruhi nasib kita nantinya.
hmm..betul ga ya? :)
begitulah karakter bisa dibentuk, seperti kebiasaan saya yang malas akhirnya lahirlah karakter itu, semoga saya bisa segera merubahnya, salam takzim kanda
BalasHapusselain kebiasaan, tp lingkungan sekitar mempengaruhi juga loh pak :)
BalasHapusbetul!
BalasHapuspasti saya akan coba!
jujur? hahahha... bagus kok jaid ornag jujur tp klo jujur ttg semua hal, hmm... patut dipertimbangkan :P
BalasHapusilustrasi yg bagus bang
kebiasaan dan bakat akan menjadi keunggulan kita, tentunya dalam hal positif
BalasHapushari sabtu ini mancing lagi bang?
bener sekali... karakter terbentuk karena kebiasaan... selamat memancing
BalasHapus"Keunggulan pada dasarnya bukanlah suatu perbuatan namun suatu kebiasaan." Benar mas, tinggal kita mengasah terus diri kita sendiri ya.
BalasHapusBtw, ada tag buat dikerjakan, mas! Lihat di Baca Buku Fanda ya!
Kadang jujur terasa sangat sulit, maka orang cenderung memilih utk menyelamatkan diri dg cara berbohong. Semoga saja kita tidak termasuk dalam golongan spt itu. Amin,
BalasHapusBTW, makasih doanya tuk shasa ya..
siap mas...
BalasHapussemoga kebiasaan kebiasaan kita adalah positif semua...Amin
setuju bos
BalasHapusberhubung si plasu dah setuju diriku ikutan stuju deh
BalasHapusseBuah pembelajaran yang bagus mas.
BalasHapussaya baca smpe habis artikelnya.,
Assalamu'alaikum, membiasakan diri melakukan hal baik dan positif akan melatih dan membentuk kepribadian kita yg baik dan positif dimasa depan. (Dewi Yana)
BalasHapusbenar sekali sahabat terimaksih atas artikelnya
BalasHapusmaaf abang ...aku baru bisa mampir lagi soalnya aku ada sedikit masalah...aku butuh masukan abang...silahkan baca postingan terbaru ku.
BalasHapusmulai mancing lagi ya kanda aku juga udah 3 bulan lebih nggak mancing
BalasHapuskarakter setiap orang memang berbeda-beda..
BalasHapusmarilah kita membangun karakter yag sesuai
sebuah artikel yang sangat membangun kanda
BalasHapusreally a nice article to develop ourself
BalasHapusSetuju Pak!
BalasHapusSudah seharusnya setiap orang bersikap jujur dimana sana n dimana saja...
Lingkingan juga dapat membentuk karakter seseorang
BalasHapusmampir balik ya ada postingan abru
waduh dalem banget yah filsafat nya.. patut untuk direnungi..
BalasHapusAris Toteles memang pantas di sebuah Bapak Filsafat 1 di dunia..
BalasHapusWah, ternyata pak Iwan juga punya hobby mancing ikan ya.
BalasHapusnice post om,karakter yg baik harus di pertahan kan sedangkan karakter yg buruk di buang
BalasHapussaya juga Bang.... ndak tau kemapa koneksi saya akhir akhir ini menjadi tidak stabil, sehingga sulit sekali dipakai membuka blog blog yg terlalu berat..... nggak mampu dianya mah...
BalasHapussalut!!
BalasHapusaku ngga mau kalah ama cacing ah, insyaallah aku berkarakter jujur dan tak suka berbohong hihihi, perumpamaan yang bagus Om, cacing dan sapi :D
baik emang akan jadi selalu baik heheh
BalasHapusSaya setuju Mas, dengan kebiasaan yang berkelanjutan akan membentuk sebuah karakter. Hal ini banyak sekali bukti-buktinya. Sebuah pelajaran berharga ni Mas.
BalasHapusTrims.
Salam hangat selalu :)
Wah, tentang karakter-karakter ini saya juga baru2 posting mas. Sisi menarik dari pembahasan ini adalah ibarat cermin diri, dimana kita bisa introspeksi diri belajar dari karakter2 orang lain. Salam kenal.
BalasHapuskalau blogger pasti punya kebiasaan dan karakter menulis dan berbagi ya Bang.
BalasHapusindahnya, menjadi salah satu dari komunitas ini.
salam.
waaah ikannya minta satu om :p
BalasHapusmakasih tipisnya kang, mulai sekarang aku mau jujur bahwa aku memang "Blogger Terpanas" hehehe.....
BalasHapusSetuju Bang,setuju banget. mari bersama menabur kebiasaan untuk menuai karakter.
BalasHapusKunjungan pagi bang, semoga kebahagiaan & kesukses menyertai kita hari ini
BalasHapuswah sama ya Pak, saya juga suka mancing, salam
BalasHapusi believe this post important for blogger other, one stop to posting.... clik back here here here
BalasHapus